Senin, 28 November 2016

Gemar Membaca adalah Langkah Awal Menuju Dunia Menulis



"Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik"
( Hernowo ) 

Kalau Anda gemar membaca, maka dapat dipastikan di dalam hati kecil Anda, ada keinginan untuk menulis. Hasrat menulis ini bisa berwujud komentar yang Anda lontarkan saat menyelesaikan sebuah bacaan. Mungkin Anda kurang setuju dengan isi buku, mungkin setuju namun ada koreksi, atau mungkin juga Anda tercetus ide menulis buku yang merupakan pengembangan dari tema buku yang baru saja Anda baca.

Keinginan menulis memang biasanya diawali dari kegemaran membaca. Dan membaca tidak hanya sebatas membaca buku bacaan, namun Anda bisa membaca fenomena-fenomena di dunia. Tuhan menciptakan alam beserta isinya ini adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis untuk dijadikan bahan tulisan.

Semakin baik kemampuan seseorang membaca maka akan semakin peka pula kemampuannya dalam mengidentifikasi ide. Dan uniknya, setiap orang punya sudut pandang yang berbeda meski minatnya sama. Misalnya, Si A dan Si B sama-sama tertarik pada fenomena alam yang berupa air. Boleh jadi Si A akan menuliskannya dalam bentuk non fiksi, sedang Si B tergerak keinginannya untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan fiksi.

Satu hal yang pasti, Anda dikatakan mempunyai kemampuan membaca yang baik mana kala Anda merasakan munculnya berbagai pertanyaan-pertanyaan selama Anda fokus dengan bahan bacaan. Pertanyaan-pertanyaan ini timbul bukan karena penulisnya kurang bagus dalam menulis namun karena Anda rajin bertanya. Sesederhana apa pun pertanyaan, itu membuktikan Anda pembaca aktif. Dan Anda akan dihinggapi hasrat menulis untuk melengkapi suguhan informasi yang sudah ada menjadi karya tulis yang lebih utuh dan bermakna.


Surabaya, 29 Nopember 2016

Rabu, 23 November 2016

Ingin Bahagia? Tulislah Pengalaman dan Aspirasi Anda!

 Meraih Cahaya Kebahagiaan



Dalam diri setiap manusia; mulai dari anak yang belajar di bangku Taman Kanak-kanak sampai orang yang berusia lanjut usia, tentu menyimpan aspirasi dan pengalaman yang tidak boleh diabaikan. Sungguh menyiksa kalau dibiarkan mengendap di pikiran, lama kelamaan akan menguap begitu saja tanpa pernah diwujudkan.

Ada sebuah pepatah yang tidak asing di telinga kita, "pengalaman adalah guru yang terbaik," dan juga sangat mahal harganya. Karenanya jangan pernah meremehkan pengalaman seseorang meski itu aspirasi dan pengalaman anak kecil. Kenapa pengalaman diibaratkan guru yang terbaik dan termahal? Sebab melibatkan semua panca indera, waktu, tenaga, dan pikiran seseorang ketika menghadapi dan mengalami suatu kejadian.

Orang yang berbahagialah adalah orang yang berhasil menuliskan pengalaman hidup dan aspirasinya dengan cukup jelas, bukan sekedar indah.  Cukup jelas berarti mampu menguraikan maksud dan tujuan dengan sejelas-jelasnya tanpa terjebak dalam kata-kata yang puitis dan indah. Apa tidak boleh menggunakan kata puitis. Boleh, asal tidak mengurangi nilai yang sebenarnya.

Puitis adalah situasi yang subjektif. Setiap orang mempunyai ukuran masing-masing. Namun satu hal yang pasti, hanya karena ingin tulisannya indah dan puitis lantas melalaikan maksud dan tujuan utama Anda. Hemat saya, tulisan yang dijabarkan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang jelas akan mampu menerbitkan rasa puitis yang tidak kalah indahnya.

Mana yang lebih utama antara aspirasi dan pengalaman? Keduanya merupakan rangkaian proses. Bermula dari pengalaman kemudian akan muncul aspirasi. Ketika berhasil menuliskan pengalaman hidup secara terang-benderang, maka Anda akan berhasil mengidentifikasi aspirasi. Saat Anda berhasil mewujudkan aspirasi yang tumbuh kembang dari sebuah pengalaman tentu suatu kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan uang.


Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel tentang "Ingin Bahagia? Tulislah Pengalaman dan Aspirasi Anda!. Semoga berguna bagi pembaca sekalian.


Surabaya, 24 Nopember 2016

Jumat, 18 November 2016

Ingin Menjadi Penulis Produktif? Jadilah Pemalas!



Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Drs. Peter Salim, M.A. tahun 1991), malas dimasukkan dalam kelas kata adjektiva atau kata sifat. Malas berarti: tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.

Selama ini kemalasan dalam bekerja selalu dikaitkan dengan sikap negatif. Maka tidak mengherankan bila Anda membaca judul artikel ini mengerutkan dahi. Ingin menjadi penulis produktif kok malah disuruh bermalas-malasan?

Memang, pemalas sama halnya dengan sesuatu yang tidak produktif. Bagaimana jadinya bila penulis yang bidang kerjanya menuntut kreatifitas tinggi justru diperbolehkan untuk malas? Ini tentu saja bisa memicu hambatan kreatif!

Tapi tunggu dulu, penjelasannya belum lengkap. Ternyata sifat malas bisa diputarbalikkan menjadi hal positif. Tentu ini tergantung sudut pandang atau penempatan sikap. Berikut ada beberapa sikap malas yang justru berguna dan dapat mendorong kreatifitas penulis untuk menjadi produktif. Tak percaya? Mari kita sama-sama menyimaknya.

Malas Mencari-cari Alasan
Ketika akan menulis, Anda menyadari; idenya masih perlu dibenahi, sementara bahan-bahan rujukan belum ada. Kendala ini membuat Anda memaklumkan diri untuk mencari-cari alasan, seakan-akan dengan begini bisa menjadi jalan keluar. Padahal mencari-cari alasan tidak akan menyelesaikan masalah. Bersikaplah bijaksana untuk malas mencari-cari alasan. Sebaliknya, rajinlah mencari solusi dalam setiap masalah.

Malas Mengeluh
Menghadapi karya tulis yang belum tuntas, mungkin karena bahan rujukan belum lengkap, sarana kurang memadai, ide tidak memuaskan, dan kurangnya kemauan untuk meneruskan tulisan; memang merupakan faktor-faktor yang membuat setiap penulis pasti mudah mengeluh. Dan kabar buruknya, mengeluh dapat menambah beban pikiran sekaligus mengacaukan konsentrasi.
Jadi lebih baik bersikaplah malas untuk berkeluh-kesah, daripada mengeluh lebih baik mengerjakan tulisan secara periodik namun sistematis. Misalnya, menulis 1 artikel pendek per hari. Kalau dilakukan dengan konsisten, maka dalam hitungan minggu, sudah ada 7 artikel yang dapat dimuat dalam 1 bab.

Malas Membuang Waktu
Menonton tv, mendengarkan musik, mengakses media sosial, dan membolak-balik buku atau majalah hingga berjam-jam di sela-sela tugas menulis memang menyenangkan dan (katanya) bisa memancing inspirasi. Namun pernahkah menghitung berapa banyak waktu yang terbuang?
Mulai sekarang, bulatkan tekad untuk bersikap malas saat melakukan hal-hal yang berpotensi membuang-buang waktu. Daripada melakukan aktivitas yang tidak berguna selama menulis, lebih baik cobalah terus menulis. Pikiran Anda akan mencari asosiasi-asosiasi di antara kalimat-kalimat yang sembarang Anda tulis, sehingga akan memantik timbulnya ide-ide baru.

Demikian uraian saya tentang bagaimana memposisikan kemalasan pada tempat yang tepat sehingga dapat dijadikan sumber energi potensial untuk terus berkarya. Semoga bermanfaat.


Surabaya, 19 Nopember 2016

Senin, 14 November 2016

Menjadi Penulis Produktif Karena Menulis Setiap Hari



“Bagi saya tidak penting disebut penulis, pengarang atau sastrawan, yang penting terus berkarya. Lalu dengan rendah hati terus belajar menulis.” 
( Helvy Tiana Rosa )


"APALAH arti sebuah nama," begitu kata dramawan kondang asal Negeri Inggris, William Shakespeare. Dalam kaitannya dengan dunia kepenulisan, ada benang merah yang menghubungkannya. "Apalah arti sebutan; mau disebut penulis, pengarang atau sastrawan ( itu kan sebutan masyarakat ) yang penting terus berkarya," begitu kata Helvy Tiana Rosa.

Panggilan, sebutan, atau gelar tak ubahnya atom yang bermuatan positif dan negatif. Jika dipergunakan dengan bijaksana maka bisa menjadi motivasi untuk melakukan sesuatu lebih baik lagi. Namun bila salah menyikapinya, bisa menjadi beban yang justru membuat diri kita tak percaya diri.

"Yang penting terus berkarya." Kata ini sangat singkat, tapi bila diaplikasikan dalam kehidupan penulis, maka tak ayal akan menumbuhkan produktivitas yang luar biasa. Kalau orang-orang yang ingin menjadi penulis mau introspeksi, sebenarnya sudah terang benderang hukumnya. Bahwa kewajiban penulis, tentu saja, ya menulis! Ya, teruslah menulis jangan mempermasalahkan orang-orang mau memanggil Anda apa.

Setelah kita bertekad bulat untuk terus menulis setiap hari, lalu dengan rendah hati terus belajar menulis. Apa yang bisa dipelajari dari menulis? Toh kita sudah bisa menulis? Kita semua tentu sadar, semua bidang ada ilmunya. Kita belajar tentu mempunyai maksud dan tujuan. Bermula dari pengalaman menulis setiap hari, Anda bisa belajar tentang kedisiplinan penulis, kiat mengolah kata, mempelajari kata-kata baru, menemukan cara efektif untuk menulis, membuka paragraf yang bikin pembaca tertarik, cara menutup karya tulis dengan sangat mengesankan, dan seterusnya.

Semua hal di atas hanya bisa Anda peroleh setelah mempelajari cara menulis yang baik melalui praktek langsung menulis setiap hari. "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian," demikian ujar peribahasa. Penulis yang berkorban waktu, pikiran, dan tenaga untuk menulis setiap hari akan menjadi penulis yang tahan banting dan produktif.


Surabaya, 15 Nopember 2016

Sabtu, 12 November 2016

Cara Mendapatkan Ide Secara Mudah



“Menulis merangsang pemikiran, 
jadi saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk di tulis, 
tetaplah mencoba untuk menulis”

( Barbara )



MEMANG aneh namun nyata! Apa yang dikatakan Barbara di atas memang ada benarnya. Saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu pun untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk terus menulis. Perlahan namun pasti inspirasi akan mendatangi Anda.

Adalah novelis Ernest Hemingway yang sudah pernah membuktikannya. Beliau punya kebiasaan menuliskan suasana tempat kerjanya sebelum menuliskan karya yang sesungguhnya. Dari kebiasaan inilah lahir karya-karya monumental seperti The Old Man and The Sea, yang mengantarkan beliau mendapatkan penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1954.

Melihat fenomena di atas, kita boleh mengibaratkan menulis seperti halnya berolahraga. Semua orang pasti menyadari betapa pentingnya pemanasan sebelum melakukan aktivitas olahraga. Tujuannya tentu untuk mencegah cedera otot yang tidak diinginkan. Pemanasan hanyalah berupa gerakan-gerakan ringan namun terbukti ampuh dampaknya.

Menulis juga butuh pemanasan. Tujuannya tak lain supaya pikiran nyaman. Berlatih menuliskan hal-hal ringan seperti menggambarkan suasana tempat kerja dan sebagainya; juga akan melenturkan  pikiran dalam mengolah kata-kata. Perasaan yang nyaman akan membuat pikiran dalam kondisi siap dan fokus untuk menuliskan target tulisan.

Dan ada kabar menggembirakan bagi Anda yang ingin melakukan kebiasaan Ernest Hemingway di atas. Pada saat Anda menuliskan hal-hal ringan yang sepertinya tidak berarti itu dengan cara mengalir begitu saja tanpa tuntutan harus benar susunan katanya, tanda bacanya, dan seterusnya; justru Anda akan menemukan ide. Ketika Anda merasa dihinggapi ide, segeralah tulis segala hal yang memenuhi pikiran sampai habis tak tersisa.

Langkah selanjutnya Anda hanya perlu istirahat. Esok hari bukalah kembali lembar tulisan tersebut. Sunting beberapa bagian yang perlu dibenahi. Tambahkan beberapa hal yang diperlukan. Kalau merasa tidak puas, Anda boleh istirahat dan mengeditnya esok hari lagi pada saat pikiran sudah segar kembali. Satu hal yang pasti, Anda sudah bisa membuktikan mampu menemukan ide melalui kebiasaan menuliskan hal-hal ringan yang tidak menuntut banyak pikiran.



Surabaya, 12 Nopember 2016







Kamis, 10 November 2016

Cara Menjadi Penulis yang Dikejar-kejar Inspirasi

 Penulis yang Sukses Dikejar Inspirasi


“Di mana pun saya menemukan tempat untuk duduk dan menulis, 
di situlah rumah saya.” 

( Mary TallMountain )


Penghargaan yang membahagiakan dalam menjalani kehidupan ini adalah ketika Anda bangun pagi dan merasakan keinginan yang sangat kuat untuk melakukan sesuatu yang menurut Anda harus dikerjakan. Kalau satu hari tidak melakukannya, Anda kehilangan semangat, terasa ada yang kurang.

Kegiatan menulis pun demikian. Jika menulis sudah menjadi kebiasaan harian, maka setiap mengawali hari, seperti ada dorongan yang mendesak Anda untuk menulis. Hasrat untuk menulis begitu kuatnya sehingga Anda merasa seperti mempunyai sumur ide yang tak habis-habisnya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan setiap hari.

Lebih-lebih jika Anda mempunyai alasan kuat untuk menulis, misalnya ingin berbagi kebaikan kepada orang lain lewat tulisan. Inspirasi seperti mengerubungi Anda, saling berebut menuntut untuk segera dieksekusi lebih dulu menjadi sebuah tulisan yang bermakna. Anda tentu senang dengan fenomena ini, tidak seperti penulis pada umumnya yang justru bingung mencari inspirasi.

Mengapa bisa demikian? Tentu karena awalnya Anda memaksa diri atau bermurah hati menyediakan waktu untuk menulis setiap hari. Mary TallMountain bahkan bilang, “Di mana pun saya menemukan tempat untuk duduk dan menulis, di situlah rumah saya.”  Penghargaan yang besar terhadap minat menulis sudah barang tentu akan melahirkan semangat kerja di atas rata-rata.

Maka pantas saja bila penulis yang mendedikasikan dirinya untuk menulis setiap hari akan menerima imbalannya. Rasa puas karena telah berhasil mewujudkan ide menjadi kenyataan berupa karya tulis yang bermanfaat bagi orang lain adalah imbalan paling utama yang layak diterimanya. Kepuasan ini tentu berdampak positif bagi seseorang untuk menjalani kehidupannya lebih bersemangat lagi.

Imbalan selanjutnya adalah diberi kemudahan merangkai kata-kata menjadi kalimat, menulis kalimat demi kalimat menyusun paragraf, dan mengembangkan paragraf demi paragraf untuk membentuk artikel yang utuh siap dinikmati. Keahlian ini terbentuk tanpa disadari namun bisa dirasakan. Secara teknis, kebiasaan menulis setiap hari akan melatih kecakapan berpikir dan mengorganisasi ide-ide menjadi sebentuk tulisan yang utuh.

Jika Anda ingin menjadi penulis yang dikejar-kejar oleh ide, maka tak ada salahnya mulai sekarang meneguhkan diri untuk menulis setiap hari. Menulis dalam genre apapun yang Anda sukai, boleh berbentuk; cerpen, puisi, pantun, artikel, dan lain-lain. Dan yang paling penting, tulislah tema yang positif; tentang topik-topik yang dirasa akan membawa pengaruh kebaikan bagi manusia. Percayalah, Anda tidak akan bekerja sendirian karena Tuhan akan menyediakan inspirasi yang tak terhingga jumlahnya untuk Anda!

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel mengenai "Cara Menjadi Penulis yang Dikejar-kejar Inspirasi" ini. Semoga memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.


Surabaya, 11 Nopember 2016

Rabu, 09 November 2016

Cara Menulis yang Menyenangkan



“Tulisan itu rekam jejak. 
Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. 
Tulislah hal-hal yang berarti,  yang tak akan pernah kau sesali kemudian.” 
( Helvy Tiana Rosa )


Tahukah Anda bahwa karya tulis merupakan gambaran rekam jejak pengalaman dan pengetahuan seorang penulis. Pembaca akan mengetahui kejujuran penulisnya ketika membaca sebuah buku. Dibilang penulis jujur kalau bukunya memberi nilai positif bagi pembacanya. Buku yang dilempar pembacanya begitu saja meski belum menuntaskannya tentu hasil karya penulis yang tak jujur karena tidak menguasai topik.

Penulis yang tidak menguasai topik biasanya memaksa menulis sebuah tema yang tidak sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya. Padahal inilah kunci supaya bisa menulis dengan cara menyenangkan. Ya, betapa menyenangkan kalau Anda bekerja sesuai dengan kemampuan. Begitu halnya dengan menulis. Penulis akan mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk mewujudkan tema yang digarapnya dengan senang hati.

Penulis yang menulis dengan senang hati tentu akan menghasilkan karya tulis yang terasa renyah untuk dinikmati. Pembaca akan sangat berterima kasih kepada penulis yang telah berbagi pengalaman dan pengetahuannya sehingga tidak sia-sia mengeluarkan uang untuk membeli buku. Kesimpulannya, kejujuran akan membuat senang semua pihak; penulis dan pembacanya.

Menulis dengan jujur adalah cara paling menyenangkan untuk memulai proyek menulis. Karena Anda bisa mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman yang Anda miliki. Kejujuran memang mengasyikkan. Anda bisa menulis semaksimal mungkin tanpa harus membohongi pembaca dengan berpura-pura tahu segala hal. 

Coba tentukan satu tema yang Anda kuasai sesuai pengalaman dan pengetahuan. Ketika menuliskannya, Anda akan merasa sangat puas. Ya, puas karena telah menuliskan sesuatu sesuai kemampuan dengan senikmat mungkin. Dan puas karena telah berbagi hal-hal positif kepada orang lain, dalam hal ini, dengan pembaca.


Surabaya, 09 Nopember 2016


Senin, 07 November 2016

Terus Menulis Hingga Tercapai Tujuan



Jangan menyerah dalam menulis. 
"Ini adalah masalah stamina, jadi jangan putus asa jika Anda menemui gang buntu 
dan harus memulai dari awal, atau jika Anda menerima surat penolakan lagi. 
Semua penulis sukses pernah menjalani itu, namun mereka terus menulis 
dan tidak menyerah hingga tercapai tujuan mereka." 
( Tim Maleeny )


Apa pun profesi yang Anda sandang, jika ingin berhasil maka sepatah kata yang perlu Anda ingat adalah "Pantang Menyerah". Tak terkecuali pada bidang tulis-menulis. Jangan menyerah dalam menulis. Begitu Anda lelah, putus asa, dan menyerah: kesuksesan akan lari dari kehidupan Anda.

"Ini adalah masalah stamina," kata seorang bijaksana. Benar, stamina memang tidak hanya merujuk soal fisik saja namun juga sisi psikis. Untuk bisa mencapai stamina batin yang tangguh menghadapi berbagai kendala tentu dibutuhkan latihan. 

Lakukan kebiasaan positif meski sederhana ini, cobalah menulis 3 halaman setiap hari tentang aktifitas kehidupan orang-orang di sekitar Anda. Tulis dengan cara memaparkannya melalui penggambaran panca indera sehingga pembaca seolah melihat, mendengar, membaui, dan merasakan pengalaman yang Anda suguhkan. 

Jadi jangan putus asa jika Anda menemui gang buntu. Masih banyak jalan lain yang terbuka selama Anda tidak pasrah untuk menyerah pada keadaan. Mungkin suatu saat Anda ingin menulis suatu tema, namun di tengah jalan menemui hambatan teknis sehingga enggan menuntaskannya. 

Seharusnya Anda menyadari sejak awal bahwa bidang menulis akan mengajarkan ketekunan, ketelitian, dan pemusatan perhatian. Hambatan teknis biasanya terjadi karena kita tidak membuat detil yang lengkap tentang sebuah tema. Proses menulis akan lancar semulus meluncur di jalan tol kalau Anda mempersiapkan sebuah tema dengan data yang akurat, komprehensif, dan lengkap. 

Jika karya tulis ditolak oleh penerbit lagi, itu bukan tanda akhir perjalanan kreatif kepenulisan Anda. Semua penulis sukses pernah mengalami itu, namun mereka terus menulis dan tidak menyerah hingga tujuan tercapai. Bagaimana dengan Anda?


Surabaya, 06 Nopember 2016

Sabtu, 05 November 2016

Cara Mengembangkan Potensi Diri dengan Menulis


Kadang, kita enggan menulis karena takut melakukan kesalahan. 
"Indahnya menulis adalah Anda tidak harus melakukannya dengan benar saat pertama kali, 
tidak seperti bedah otak, misalnya." 
( Robert Cormier )


Ketakutan adalah hal wajar, ini artinya Anda adalah manusia biasa. Rasa takut kalau dikaitkan dengan pekerjaan biasanya menghinggapi ketika kita berharap hasil yang sempurna. Namun alih-alih bekerja dengan optimal, kita malah tidak mengerjakan apa pun karena menganggap apa yang kita kerjakan serba salah.

Tak terkecuali bidang menulis. Kadang, kita enggan menulis karena takut hasilnya tidak bagus. Padahal dengan menulis justru kita bisa mengeksplorasi kemampuan kita menjadi demikian nyata. Kita akan mengetahui potensi diri yang perlu aktualisasi. Rasa takut ketika menulis hanya akan membenamkan potensi diri sendiri. 

Dan kabar baiknya, latihan-latihan menulis akan membuat kita mampu mengesampingkan rasa takut. Bagus dan jelek hasil karya menulis hanyalah soal penilaian yang subjektif dan tidak perlu jadi acuan. Tulis saja hal-hal positif yang Anda ketahui. Kebiasaan ini akan membuat pribadi Anda semakin tangguh karena telah berbagi kebaikan dengan orang lain.

Latihan-latihan menulis juga akan membuat perbendaharaan kosa kata yang Anda ketahui semakin banyak. Karya tulis yang  memadu-padankan kata-kata variatif tentu mempunyai nilai plus dibanding karya tulis yang kosa katanya monoton. Dan prestasi ini hanya bisa diperoleh kalau Anda membiasakan diri tekun menulis setiap hari.

Indahnya menulis adalah Anda tidak harus melakukannya dengan benar saat pertama kali. Sejenius apapun penulis, rasanya mustahil mampu menghasilkan tulisan yang bagus dalam sekali kerja. Tugas kepenulisan adalah kerja yang memerlukan ketepatan memilih tema, kecemerlangan menterjemahkan tema dalam tulisan, dan kesabaran mengoreksi kekurangan-kekurangan pada tulisan yang selesai Anda kerjakan. 


Surabaya, 05 Nopember 2016

Selasa, 01 November 2016

Cara Sederhana Mendapatkan Ide Setiap Hari



Carilah inspirasi dari buku. 
"Baca, baca, baca. Baca semuanya.
 Baca! Anda akan menyerapnya. 
Kemudian tulis. 
Jika bagus, Anda akan mengetahuinya.

( William Faulkner )


Semua pekerjaan tentu butuh modal. Modal dasar untuk bisa menulis adalah kemauan, setelah itu Anda butuh ide. Kabar baiknya ternyata mencari ide itu sangat mudah. Carilah ide alias inspirasi dari buku. 

Caranya sangat sederhana, Anda hanya wajib "Baca, baca, baca." Baca semuanya; buku bertema klasik, pop, sastra, hiburan, tutorial, dan masih banyak yang lainnya. Lihat bagaimana buku-buku tersebut menawarkan ide-ide yang tak pernah habis.

Baca! Anda akan menyerapnya. Memang kenyataannya begitu, semakin Anda terbiasa membaca, Anda akan peka terhadap ide. Anda akan mudah dan piawai memilah dan memilih ide yang berserakan di lembar-lembar buku yang sedang dibaca.

Kemudian tulis ide yang baru saja Anda dapatkan. Tulis semua hal yang berkaitan dengan ide tersebut yang terlintas di pikiran tanpa menyuntingnya. Setelah Anda merasa sudah tertuang semua dalam tulisan, anda boleh mengistirahatkan jiwa dan raga.

Esok hari, lihat kembali tulisan tersebut. Sekarang pikiran Anda sudah cukup jernih untuk menyunting kata, kalimat, dan paragraf. Anda pasti heran saat membaca kembali tulisan tersebut, betapa banyak yang perlu dibenahi. Setelah diperbaiki sana-sini, Anda akan merasa begitu mudahnya menulis. 


Surabaya, 02 Nopember 2016

Senin, 31 Oktober 2016

Cara Mengejar Ide Agar Tidak Bosan Menulis


Ide dapat kita peroleh dari banyak hal. "Anda mendapatkan ide dari mengkhayal. 
Anda mendapatkan ide dari rasa bosan. Anda mendapatkan ide setiap saat. 
Perbedaan penulis dengan orang biasa adalah kita sadar saat kita melakukannya."
( Neil Gaiman )

Banyak orang mengatakan bahwa menulis adalah pekerjaan seorang intelektual. Jawabannya mungkin "iya". Sesederhana apapun wujud karya tulis, tetap melibatkan pemikiran yang tidak sederhana dalam diri penulisnya. Pekerjaan memikir adalah pekerjaan para intelektual. Maka pernyataan di atas ada benarnya.

Namun tidak semua tugas-tugas memikir dialamatkan kepada para intelektual. Orang biasa pun bisa memikir, tentu dengan kadar kemampuan masing-masing. Karena pada hakekatnya, manusia adalah makhluk pemikir. Seorang filsuf bahkan pernah bikin statemen, "Aku ada karena aku bertanya."

Ya, proses memikir selalu diawali dengan sikap bertanya. Dalam dunia tulis menulis, ide dapat kita peroleh dari banyak hal, salah satunya melalui sebuah pertanyaan. Ya, cukup sebuah pertanyaan diajukan, maka sejumlah jawaban yang keluar bisa dijadikan bahan untuk menulis.

Nah, ketika Anda mendapati diri berkubang dengan rasa bosan saat akan menulis karena ide tak kunjung muncul di pikiran maka Anda selayaknya mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal di semesta ini. Dengan cara ini Anda pasti mendapatkan ide setiap saat.

Mengutip kata Neil Gaiman di atas, "Perbedaan penulis dengan orang biasa adalah kita sadar saat kita melakukannya."  Ya, ketika Anda menyadari ada sebuah pertanyaan yang diajukan terhadap fenomena di sekeliling Anda, maka Anda layak disebut penulis saat menuangkan pertanyaan itu beserta jawabannya dalam bentuk karya tulis dengan tujuan berbagi pengalaman dengan orang lain.


Surabaya, 01 Nopember 2016

Jumat, 28 Oktober 2016

Mewaspadai Rasa Lelah Saat Menulis



Jika lelah atau malas, lakukanlah perlahan-lahan. 
"Jika ditanya, 'Bagaimana Anda menulis?' 
Saya akan menjawab, 'Satu demi satu kata.' 
~ Stephen King


Hal yang menggembirakan bagi manusia adalah bahwa Tuhan menganugerahkan rasa lelah atau malas sebagai alarm pengingat. Ketika kita bekerja, tiba-tiba ada perasaan lelah menyelinap ke dalam pikiran. Saat menghadapi situasi ini, kita harus introspeksi.

Ada beberapa pertanyaan yang harus kita ajukan untuk mengetahui asal muasal terbitnya rasa lelah atau malas ini. Misalnya, apakah tugas yang kita kerjakan sangat membebani? Mengapa membebani? Apakah kita tidak menguasai pekerjaan tersebut?

Dalam dunia tulis menulis, munculnya rasa lelah atau malas biasanya karena faktor ketidaktahuan tujuan.  Logikanya, seseorang yang bepergian tanpa tujuan yang jelas tentu akan tersesat atau berjalan sembarang arah. Bekerja tanpa tujuan hanya buang waktu, pikiran, dan tenaga. Disamping itu, bekerja tanpa tujuan akan menghadirkan rasa lelah dan malas.

Saat kita menulis lantas timbul rasa lelah adalah wajar. Istirahatlah sejenak. Namun mana kala rasa lelah masih tak mau hilang meskipun kita sudah istirahat bahkan sampai ketiduran, itu berarti rasa lelah yang perlu diwaspadai.


Surabaya, 29 Oktober 2016

Rabu, 26 Oktober 2016

Pendorong Semangat Menulis



"Temukan alasan mengapa Anda harus menulis; Lihatlah apakah dia telah mengakar dalam hatimu; Katakan pada dirimu bahwa Anda lebih baik mati daripada dilarang menuliskannya." ~ Rainer Maria Rilke.


Menjadi penulis, tidak selamanya kita bersemangat menulis. Ada kalanya kita merasa tidak tahu apa yang mesti ditulis. Hal ini dapat mengakibatkan semangat menulis menjadi kendur.

Kalau mau sedikit koreksi diri, sebenarnya hilangnya semangat menulis kadang terjadi karena tidak tahu materi yang akan kita tulis sehingga otak tidak bisa diajak kerja sama.

Hal lain yang bisa juga menjadi penyebab kempesnya semangat menulis adalah tidak adanya tujuan yang jelas. Coba direnungkan sebentar, sebenarnya kita menulis untuk siapa dan untuk apa?

Kalau kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, dapat dipastikan semangat menulis akan terpelihara sehingga mampu meningkatkan kinerja otak untuk merangkai kata demi kata sesuai target yang terarah dan pasti.

Demikian kawan, semoga tulisan singkat ini mampu menjadi sumber yang inspirasional untuk mengembalikan semangat Anda dalam menulis.


Surabaya, 27 Oktober 2016

Senin, 04 Juli 2016

Nama Penulis akan Abadi di Sanubari Pembacanya



Seorang penceramah akan menginspirasi orang-orang dalam ruangan. Seorang penulis mampu menginspirasi seluruh dunia di saat yang bersamaan. Dan berlangsung ber abad-abad


Semua profesi mampu mendatangkan inspirasi bagi orang lain. Seorang penceramah misalnya, akan mampu menginspirasi orang-orang dalam ruangan. Kata-katanya tidak ada yang sia-sia sehingga pendengar antusias mendengarkannya.

Namun semua yang didengar akan menguap begitu saja seiring berjalannya waktu kalau si pendengar tidak segera mencatatkannya. Ya, manusia mempunyai keterbatasan untuk mengingat. Pagi ini Anda mendengar informasi yang bagus. Sore nanti dijamin Anda akan melupakannya.

Karena itu Ali bin Abi Thalib berpesan, ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Beliau dapat merumuskan kata bijak demikian tentu karena pernah mengalaminya. Jadi agar ilmu yang Anda dapatkan tidak hilang percuma, lekaslah diabadikan dalam bentuk tulisan. Supaya bisa dibaca suatu saat nanti bukan hanya oleh Anda saja tapi juga oleh keluarga atau bahkan masyarakat umum.

Seorang penulis mampu menginspirasi seluruh dunia selama hasil karyanya bisa dinikmati oleh orang lain, mungkin berlangsung dalam hitungan abad atau lebih. Maka tulislah ilmu yang Anda peroleh. Semakin banyak orang merasakan manfaatnya, semakin banyak pahala yang Anda dapatkan.

Demikian sedikit ide yang dapat saya bagikan untuk pembaca melalui artikel pendek ini, semoga berguna.


Surabaya, 05/07/2016

Jumat, 01 Juli 2016

Betapa Banyak Ide Menunggu untuk Dituang dalam Tulisan



Ada banyak hal yang menunggu untuk ditulis. Dan di setiap langkah Anda, Anda melihat hal tersebut.


Ya, kehidupan manusia memang disusun dari banyak unsur yang saling berpasangan. Ada siang ada malam. Ada sedih ada senang, ada mudah ada sukar, dan seterusnya. Kalau Anda baca koran atau lihat tv, maka cerita manusia hanya berkisar pada unsur-unsur tadi.

Bacalah buku otobiografi tokoh-tokoh sukses, perhatikan kisahnya. Mayoritas kesuksesan mereka karena berawal dari titik nadir, unsur yang serba kekurangan. Melalui perjuangan tak kenal lelah dan berliku akhirnya mereka sukses dalam hidup, tentunya mereka kini berada di tempat yang berlawanan dengan titik nadir.  

Maka galilah ide dari unsur-unsur kehidupan, pasti Anda tidak akan kekurangan ide. Anda boleh mengeksplorasi ide dari satu sisi saja, misalnya kesedihan tokohnya saja. Atau mengkombinasikannya sebagaimana kisah otobiografi.

Kesimpulannya, di setiap langkah Anda, pasti banyak bertebaran ide atau inspirasi yang bisa dibuatkan karya tulis. Anda hanya perlu menuliskannya saja. Ikuti kemana arah inspirasi berkembang, di situlah Anda akan menemukan karya tulis yang memuaskan bagi Anda juga pembaca.

Demikian sedikit pengalaman yang bisa saya tulis pada artikel kali ini, semoga bermanfaat.


Surabaya, 02/06/2016

Kamis, 30 Juni 2016

Jadilah Pembaca yang Kritis Agar Menjadi Penulis yang Produktif



Sebelum Anda menjadi penulis yang ahli, terlebih dahulu Anda harus menjadi pembaca yang ahli


Apa tugas paling membosankan bagi penulis? Ternyata bukan menulis namun membaca. Ya, membaca adalah tugas awal seseorang yang berniat menjadi penulis. Adakah korelasi antara menulis dengan membaca? Tentu saja ada dan boleh dibilang sangat dekat.

Menulis dan membaca bagaikan dua sisi mata uang, mereka tak terpisahkan.  Kenapa? Karena dengan membaca seseorang akan diliputi pertanyaan tentang bahan tulisan yang dibacanya. Bahan bacaan ibarat umpan yang menggoda keingintahuan pembacanya.

Pembaca yang penasaran terhadap bahan bacaannya boleh dikategorikan sebagai pembaca yang kritis. Mereka tidak mau begitu saja menelan mentah-mentah informasi yang diperolehnya. Mereka bahkan bersedia berpolemik jika diinginkan.

Lantas bagaimana cara menjadi pembaca yang kritis tersebut? Caranya cukup sederhana. Ambillah bahan bacaan apa saja. Ajukanlah setiap lembar halamannya dengan kata tanya “Mengapa” dan “Bagaimana”. Dua kata tanya ini akan membuat Anda selalu fokus dengan bacaan dan berlatih berpikir kritis.

Ketika Anda menemukan ada sesuatu yang kurang lengkap atau bahkan merasakan keganjilan informasi dari bahan bacaan yang dibaca, Anda antusias membuat catatan di pinggir halaman. Dan Anda sah-sah saja kalau ingin mengembangkan catatan tadi menjadi sebuah tema tulisan.

Jadi perbanyaklah membaca, carilah bahan bacaan yang positif karena disamping berpengaruh positif bagi kepribadian Anda, nantinya karya tulis Anda pun akan bernuansa positif bagi orang lain. Segeralah berburu bacaan yang sehat, boleh di media konvensional seperti koran, majalah, atau di media online.

Demikian pengalaman saya agar bisa mendapatkan ide untuk menulis, semoga bermanfaat.


Surabaya, 01/06/2016

Rabu, 29 Juni 2016

Inspirasi itu Ditunggu atau Dicari?



Dengan hanya menunggu inspirasi, Anda akan berhasil menemukan 1 inspirasi. Tapi dengan aktif mencari, Anda bisa mendapatkan ratusan inspirasi dalam satu hari.


Bisakah inspirasi ditunggu kedatangannya? Bisa saja, namun kehadirannya tidak dapat dipastikan. Saya tidak berani menjamin bahwa dalam sehari Anda bisa mendapatkannya meski hanya sebuah inspirasi.

Lalu bagaimana menyikapi inspirasi? Kita bisa mengibaratkan inspirasi sebagai anugerah ciptaan Tuhan seperti halnya ikan, buah-buahan, dan sumber daya alam lainnya. Kalau manusia tidak berusaha mendapatkannya, mana mungkin akan terhidang dengan sendirinya di meja makan.

Pesan moral dari uraian di atas adalah berdoa dan berusahalah maka Tuhan akan memberi imbalan. Peralatan pancing paling modern pun kalau tidak disertai doa, mungkin hasilnya tidak optimal. Secanggih apa pun metode untuk mencari inspirasi kalau tanpa doa, seharian tak akan mendapatkannya.

Para ahli telah membantu para pekerja kreatif dengan merancang metode untuk mencari inspirasi. Beragam buku telah diterbitkan, dan laris manis di pasaran. Namun semua metode akan terasa kering kalau dijalankan tanpa melibatkan Tuhan Yang Maha Mengetahui.

Sadarlah bahwa ilmu manusia itu seperti buih di lautan dibanding ilmuNya. Jadi mohonlah pada Tuhan supaya diberi kemudahan mendapatkan inspirasi. Setelah itu Anda bisa menggunakan beragam metode untuk mendapatkan inspirasi.

Kesimpulannya, kalau Anda ingin mendapatkan inspirasi maka jalan terbaiknya adalah mencarinya bukan menunggunya! Carilah inspirasi secara aktif dengan penuh kesadaran dan mohon kekuatan pada Tuhan agar diberi kepekaan menghimpun inspirasi yang bertebaran di sekeliling Anda.

Demikian pengalaman saya untuk mendapatkan inspirasi, semoga berguna.


Surabaya, 30/06/2016

Selasa, 28 Juni 2016

Cara Menghasilkan Karya Monumental



Bukan cuma sekedar menghasilkan tulisan yang mantap. Ini juga tentang mempermantap daya pikir kita.


Apa pun pekerjaan Anda, makin lama masa kerja berarti Anda semakin ahli di bidangnya. Demikian juga dalam khazanah kepenulisan. Semakin sering Anda berlatih menulis, semakin piawai Anda menulis. Dan tidak menutup kemungkinan, Anda menghasilkan karya yang monumental.

Adakah tolok ukur untuk mengatakan seseorang mahir menulis? Banyak jawaban bisa dikemukakan di lembar artikel ini namun yang jelas penulis dikatakan mahir bila ia tidak kesulitan untuk menguraikan pikirannya dalam bentuk tulisan.

Mengutarakan pikiran memang bukan soal mudah apalagi dalam bentuk tulisan. Kadang ada orator yang lisannnya begitu sempurna menguraikan pola pikirnya pada pendengar namun ia kesulitan saat diminta untuk menuliskannya dalam bentuk naskah sehingga sang orataor perlu bantuan penulis lain.

Ya, menulis seperti halnya pekerjaan lain, butuh konsistensi. Makin sering diasah maka tidak mustahil seseorang akan menjadi penulis yang handal. Pesan moralnya adalah, siapa pun bisa menjadi penulis asal punya komitmen kuat untuk menulis setiap hari.

Menulis juga akan mempermantap daya pikir kita. Ketika menulis maka mau tidak mau segala energi akan tercurah pada tema yang sedang Anda tulis. Untuk keperluan ini Anda secara suka rela mencari bahan-bahan tulisan. Ketika Anda berhasil menulis satu artikel berarti Anda telah berpikir kompeks tentang tema tersebut. Hal ini tentu akan membuat daya pikir Anda semakin berkembang.

Demikian sedikit pengalaman yang bisa saya tulis, semoga bermanfaat.


Surabaya, 29/06/2016

Senin, 27 Juni 2016

Menulislah dengan Rasa Cinta



Dan yang terakhir, "Cintai apa yang Anda lakukan dan lakukan apa yang Anda cintai. Jangan dengarkan perkataan orang lain yang melarang Anda. Lakukan apa yang ingin Anda lakukan, apa yang Anda cintai. Imajinasi haruslah menjadi pusat hidupmu." ~ Ray Bradbury.


Cintai apa yang Anda lakukan, begitulah barangkali pesan singkat yang harus Anda camkan dalam setiap kesempatan. Semua orang pasti setuju bahwa apa pun pekerjaan kalau dilakukan dengan penuh rasa cinta maka hasilnya tentu akan memuaskan dan menyenangkan.

Anda sudah memutuskan mencintai dunia tulis menulis, maka lakukanlah apa yang Anda cintai. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan penuh rasa cinta tentu tak akan membosankan. Jati diri Anda sebagai penulis akan tersirat dalam karya tulis. Rasa cinta Anda akan mewarnai dalam setiap tulisan.

Jangan dengarkan perkataan orang lain yang melarang Anda. Mereka belum tahu kemampuan Anda karena itu teruslah menulis. Ketika mereka berkesempatan membaca karya Anda, mereka akan heran dengan kemampuan Anda. Bertekadlah untuk selalu mewarnai dunia sekitar dengan pemikiran positif melalui karya Anda.

Sekali lagi, Lakukan apa yang ingin Anda lakukan, apa yang Anda cintai. Ketika Anda berkomitmen untuk menulis maka Anda akan belajar untuk bertanggung jawab menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi pembaca.

Satu hal penting lainnya yang tidak boleh Anda abaikan dalam dunia tulis menulis adalah imajinasi. Imajinasi haruslah menjadi pusat hidupmu. Karya tulis tanpa sentuhan imajinasi seperti nasi tanpa garam, terasa hambar. Imajinasi akan membuat tulisan sangat personal. Rambut boleh sama hitam namun imajinasi setiap manusia tentu berbeda dalam memandang suatu tema.

Demikian kawan, beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk menumbuhkan rasa cinta dalam menulis. Semoga bermanfaat.


Surabaya, 28/06/2016

Jumat, 24 Juni 2016

Jangan Menyerah dalam Menulis



Jangan menyerah dalam menulis. "Ini adalah masalah stamina, jadi jangan putus asa jika Anda menemui gang buntu dan harus memulai dari awal, atau jika Anda menerima surat penolakan lagi. Semua penulis sukses pernah menjalani itu, namun mereka terus menulis dan tidak menyerah hingga tercapai tujuan mereka." ~ Tim Maleeny.



“Aku tak boleh menyerah dalam menulis”, semangat ini harus Anda tanamkan dalam hati. Ucapkan pelan-pelan dengan penuh perasaan dan penghayatan agar pikiran bawah sadar merekamnya, sehingga akan menjadi pengingat ketika Anda mulai diserang kebosanan menulis.

Ini adalah masalah stamina, jasmani dan rohani. Jadi Anda harus menjaga karunia Tuhan ini dengan sebaik-baiknya. Urusan menulis tidak hanya terkait ide dan pikiran saja, namun juga melibatkan jasmani. Biasakan berolahraga karena badan yang sehat akan mudah mengajak otak untuk berpikir sehat juga.

Jangan pernah berputus asa jika Anda menemui jalan buntu. Ingat, Tuhan Yang Maha Pengasih akan membukakan pintu lain ketika Anda menemui satu pintu yang tertutup. Artinya, menulislah terus meski tidak mempunyai satu ide pun. Karena ide juga bisa muncul ketika Anda tekun menulis.

Jika karya Anda ditolak, selalu bersikap bijaklah pada diri sendiri. Jangan menghukum diri dengan mengatakan bahwa karya Anda jelek. Percayalah, semua karya tulis adalah bagus. Mereka punya pembacanya masing-masing. Hanya kebetulan saja tulisan Anda dibaca oleh orang yang tidak tepat.

Dan sisi positifnya ketika karya Anda mengalami penolakan adalah Anda bisa menulis ulang dari awal. Dan kabar baiknya, Anda tidak mengalami situasi seperti ini sendirian. Semua penulis sukses pernah mengalaminya. Tahap ini hanya ingin menunjukkan konsistensi penulis. Penulis sejati tak akan mudah patah semangat.

Tugas penulis hanya terus menulis dan tidak menyerah hingga tercapai tujuan mereka. Saat itulah Anda akan merasakan betapa nikmatnya bisa berbagi pengalaman dengan orang lain. Perasaan nikmat itu lahir karena Anda telah bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan melalui tulisan.


Surabaya, 25/06/2016

Kamis, 23 Juni 2016

Jangan Pernah Takut Melakukan Kesalahan Ketika Menulis



Kadang, kita enggan menulis karena takut melakukan kesalahan. "Indahnya menulis adalah Anda tidak harus melakukannya dengan benar saat pertama kali, tidak seperti bedah otak, misalnya." ~ Robert Cormier.


Pernahkah Anda mengalami rasa enggan menulis karena takut melakukan kesalahan? Penyakit seperti ini sebenarnya tidak hanya menimpa calon penulis saja, bahkan penulis senior pun mungkin mengalaminya. Kenapa? Karena penulis seperti ini biasanya ingin sekali kerja langsung menghasilkan karya tulis yang sempurna.

Tidak bolehkah berprinsip sekali tulis langsung jadi? Boleh! Namun biasanya model menulis seperti ini hanya akan menghambat kelancaran ide. Ketika Anda merasakan percikan ide, segeralah menulis segala yang ada di pikiran. Jangan hiraukan tanda baca, keselerasan antar kalimat, dan lain-lain.

Model menulis yang mengalir justru efektif karena semua ide yang berkecamuk di benak ditulis sampai habis. Istirahatlah sejenak. Ketika pikiran sudah dingin, tahapan selanjutnya Anda menyortir kalimat-kalimat tadi. Benahi tanda baca, hilangkan kalimat yang tak perlu, dan seterusnya.

Indahnya menulis adalah Anda tidak harus melakukannya dengan benar saat pertama kali. Memang begitulah seharusnya. Anda tidak boleh memaksa pikiran untuk menulis dan merevisi dalam sekali jalan. Pikiran mempunyai iramanya sendiri agar bekerja secara optimal. Dan Anda hanya perlu memahaminya.

Demkian artikel pendek ini saya tulis, semoga berguna. Selamat mencoba!  

Selasa, 21 Juni 2016

Mencari Inspirasi dari Buku



Carilah inspirasi dari buku. "Baca, baca, baca. Baca semuanya –sampah, klasik, bagus dan jelek, dan lihat bagaimana mereka melakukannya. Sama seperti tukang kayu yang baru belajar. Baca! Anda akan menyerapnya. Kemudian tulis. Jika bagus, Anda akan mengetahuinya. Jika tidak, lempar saja keluar jendela." ~ William Faulkner.


Carilah inspirasi dari buku. Ya, buku adalah lembaran-lembaran kertas yang penuh ide. Anda harus jeli, membuka pikiran untuk cermati ide-ide yang bersembunyi di antara rimbunan kalimat dan paragraf.

Baca, baca, baca. Jangan pernah menyerah sebelum mendapatkan ide dari buku yang Anda baca. Sadarilah bahwa sebuah buku tidak terbit begitu saja tanpa jerih payah penulis menuangkan ide yang diendapkannya sekian waktu.

Baca semua buku yang menarik perhatian Anda. Buku yang menarik akan membuat Anda bersedia meluangkan waktu untuk membaca buku sampai tuntas. Buku yang menarik itu seperti apa? Buku dikatakan menarik kalau mampu membuat pembacanya merasa mendapat pengalaman dan pengetahuan baru.
 
Baca! Anda akan menyerapnya. Kemudian tulis. Begitu mudahnya proses menulis. Cobalah, baca sebuah buku. Serap isinya. Dan mulailah menulis apa saja yang diserap oleh pikiran Anda dari buku tadi. Jika bagus, Anda akan mengetahuinya.

Demikian sebuah ide untuk memberi semangat bagi diri saya sendiri khususnya, dan untuk teman-teman pada umumnya agar mampu mewujudkan ide menjadi tulisan yang bermakna. Selamat mencoba!


Surabaya, 22/06/2016

Senin, 20 Juni 2016

Mendapatkan Ide dari Rasa Bosan



Ide dapat kita peroleh dari banyak hal. "Anda mendapatkan ide dari mengkhayal. Anda mendapatkan ide dari rasa bosan. Anda mendapatkan ide setiap saat. Perbedaan penulis dengan orang biasa adalah kita sadar saat kita melakukannya." ~ Neil Gaiman.

Ide dapat kita peroleh dari banyak hal. Faktanya memang demikian. Dan ini merupakan kabar bagus. Semua manusia, apa pun profesinya, diberi kemurahan oleh Tuhan untuk mendapatkan ide dari banyak hal. Bersyukurlah, Kawan!

Ya, semua hal bisa dijadikan sumber ide. Bahkan, tak menutup kemungkinan Anda mendapatkan ide dari rasa bosan! Sungguh Tuhan Maha Penyayang. Anda disuruh berpikir untuk memenuhi kesejahteraan diri dengan melihat alam semesta ini, termasuk diantaranya adalah rasa bosan!

Jadi, bagi penulis tidak ada istilah “tidak ada ide”. Anda berhak mendapatkan ide setiap saat. Dimana pun Anda berada, bisa mendapatkan ide. Kapan pun ingin menulis, Anda bisa mendapatkan ide.
Kesimpulannya, tiada hari tanpa ide. Kalau Anda berniat menulis, pasti ide mudah didapatkan.

Perbedaan orang yang mendapatkan ide dengan orang biasa adalah kesadaran untuk mendapatkannya. Orang yang fokus terhadap satu hal akan mudah memperoleh ide. Coba korek semua sisi dari rasa bosan, misalnya. Apa penyebab rasa bosan itu timbul? Mengapa orang memiliki rasa bosan? Bagaimana proses terjadinya rasa bosan? Dan seterusnya.

Dari sekian pertanyaan tentang rasa bosan ini, Anda akan menemui pencerahan yang tiba-tiba melintas di benak. Tanpa sadar Anda berucap, “Aha, inilah yang aku cari!” atau serentak Anda berdiri mencari buku dan alat tulis untuk mewujudkan sesuatu yang masih samar-samar tadi menjadi kelihatan bentuknya. Itulah yang disebut dengan IDE.

Demikian beberapa paragraf dalam artikel ini yang bisa saya tulis, semoga berguna bagi saudara sekalian. Selamat mencoba!

Surabaya, 20/06/2016

Jumat, 17 Juni 2016

Belajar Menulis Fiksi (3)



Ada penulis yang berhenti menulis karena merasa harus menunggu inspirasi datang. "Anda tidak bisa menunggu inspirasi. Anda harus mengejarnya." (Jack London.)


Pembaca yang budiman, Anda tentu pernah mengalami kondisi seperti yang dikatakan Jack London di atas. Ya, memang menjengkelkan dan membuat kesal hati. Sudah habis bercangkir-cangkir kopi, teh, atau susu; eh, ide tak muncul juga.

Namun faktanya sungguh mengejutkan bahwa ternyata ide tidak usah dinanti kemunculannya, tapi justru harus dicari! Artinya, seorang penulis dituntut proaktif mencari ide. Dan kabar baiknya memang ide itu sangat berlimpah jumlahnya di sekeliling kehidupan manusia.

Bahkan ada seorang penulis yang mengatakan, "Selama di muka bumi ini masih ada manusia, maka ide tetap ada!" Nah, coba bayangkan berapa banyak ide yang bisa Anda dapatkan? Membaca fakta ini, Anda tentu tidak akan kerepotan lagi mendapatkan ide, bukan?

Kalau Anda mau cermati, mengapa sampai ada seorang penulis yang bilang belum dapat ide? Pernyataan  ini perlu diralat. Yang benar orang ini tidak sungguh-sungguh mencari ide.
Coba luangkan waktu untuk membaca beberapa tulisan karya penulis asing yang menawarkan cara-cara untuk mencari ide. Ada yang diberi nama curah pikian, peta pikiran, gelembung pikiran, dan seterusnya. Karya tulis mereka memang oase bagi para pekerja kreatif seperti penulis, namun tak ada gunanya kalau tidak dimanfaatkan.

Cobalah ambil salah satu teori tentang cara mencari ide yang menurut Anda paling mudah dan menyenangkan. Mengapa paling mudah dan menyenangkan? Karena bagi pemula, hal yang berbau mudah dan menyenangkan akan sangat menarik perhatian. Kalau sudah cukup mahir menggunakannya, maka bisa memakai cara lain sebagai selingan.

Semua teori memang mempunyai sifat yang sama, renyah saat dibaca namun saat diuji coba, semuanya tergantung pembacanya. Bila ingin hasil yang maksimal, maka Anda harus tekun mempraktekkannya. Sekali, dua kali, tiga kali, mungkin belum menampakkan hasil yang menggembirakan. Semua butuh waktu dan proses. Saat inilah Anda diuji kesabaran dan konsistensi dalam menjalani tugas kepenulisan.

Semoga bermanfaat, selamat mencobanya!

Kamis, 16 Juni 2016

Rahasia Menulis Fiksi (2)



Jika lelah atau malas, lakukanlah perlahan-lahan. Jika ditanya, "Bagaimana Anda menulis?" Saya akan menjawab, "Satu demi satu kata." (Stephen King)


Sebagai manusia normal tentu Anda pernah menghadapi situasi batin yang tidak stabil. Mungkin karena kecapekan, terjebak kemacetan di jalan raya, pekerjaan yang menumpuk, dan hal-hal lain yang melibatkan Anda dalam aktifitas kehidupan lainnya.

Situasi hati seperti ini bagi seorang penulis bukanlah situasi yang kondusif. Kalau dipaksakan untuk menulis, mungkin hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Lantas adakah solusinya agar Anda tetap bisa konsisten menulis dalam berbagai kondisi?

Kutipan perkataan Stephen King di atas tidak ada salahnya kalau dicoba. Menulis adalah pekerjaan yang membutuhkan proses panjang, harus sabar dan berlaku bijaksana memperlakukan karya tulis yang Anda hasilkan. Rasanya sangat teledor kalau sekali menulis langsung disodorkan kepada pembaca.

Apa yang dikatakan stephen king memang ada benarnya. Menulis memerlukan tahapan-tahapan, konsistensi, dan ketekunan. Ada seorang penulis yang membuat target menulis 2-3 halaman per hari, sudah termasuk revisi. Bagaimana dengan Anda?

Pesan moral dari kutipan Stephen King di atas adalah jangan pernah berhenti menulis sehari pun. Banyak hal positif yang bisa ditulis setiap hari. Soal ide, banyak berserakan di lingkungan Anda. Bisa soal pelajaran sekolah, ragam bunga di taman, acara-acara di tv dan radio, bahkan di tumpukan koran bekas Anda bisa menemukannya.

Demikian catatan saya pada artikel kali ini, semoga bermanfaat.
Selamat mencoba!

Surabaya, 17/06/2016

Rabu, 15 Juni 2016

Rahasia Menumbuhkan Semangat Menulis



Temukan tujuan dalam menulis. Tanpa alasan menulis yang baik, Anda tidak akan bersemangat menulis ( Rainer Maria Rilke )


Ketika Anda bepergian maka sudah barang tentu Anda harus punya tujuan yang jelas ke suatu tempat. Tanpa ada tujuan maka Anda hanya berputar-putar saja tak tentu arah yang pasti. Menulis pun demikian, sejak awal Anda harus menentukan tujuan.

Kalau Anda masih bingung dengan tujuan Anda menulis, berarti Anda belum menentukan tema tulisan. Ya, tema tulisan itulah yang menjadi tujuan Anda menulis. Tema adalah sesuatu yang ingin Anda sampaikan kepada pembaca. Tema inilah yang mengantar Anda pada tujuan atau maksud Anda menulis.

Makin kuat tema tulisan Anda, makin jelas tujuan atau maksud Anda untuk melahirkan semangat menulis. Misalnya, tema yang ingin Anda tulis adalah "Bahaya Merokok bagi Kehidupan". Dengan tulisan ini Anda bermaksud memberikan informasi bagi pembaca tentang tema tadi. Karena Anda merasa informasi ini sangat penting dan perlu diketahui oleh umum, maka Anda antusias menulisnya.

Bagaimana halnya dengan menulis fiksi? Semua tulisan membutuhkan pokok pikiran atau tema, tak terkecuali fiksi. Kalau tulisan tidak ada temanya, bisa dipastikan kandungan isinya tidak fokus alias ngelantur kemana-mana.

Oleh sebab itu, bagi penulis yang merasa diri kurang bersemangat menulis seharusnya introspeksi. Apakah tulisannya sudah mempunyai tema? Kalau sudah ada, tanyakan pada diri sendiri: hal apa yang perlu diketahui oleh pembaca saat membaca tulisan Anda?

Perlu Anda garis bawahi bahwa tulisan yang dilandasi tujuan yang jelas akan mempengaruhi kinerja penulisnya berupa semangat yang menggebu-gebu untuk sesegera mungkin menuntaskan tulisannya supaya bisa dinikmati oleh pembacanya. Makin cepat tulisannya selesai makin cepat pula maksud dan tujuan mulianya untuk berbagi pengalaman positif kepada pembacanya cepat terwujud.

Demikian secuil pengalaman yang bisa saya bagi melalui artikel ini, semoga bermanfaat. Selamat mencoba!


Surabaya, 16/06/2016

Senin, 13 Juni 2016

Rahasia Menemukan Tempat Kerja yang Nyaman untuk Menulis Fiksi



Tahukah Anda bahwa ada faktor eksternal yang bisa merangsang pikiran untuk menemukan ide brilian menulis fiksi? Ya, disadari atau tidak, menulis fiksi memang tidak selalu menuntut ketrampilan penulisnya dalam mengolah ide, kata, dan rasa. Ada hal lain yang tak boleh diabaikan begitu saja. Apakah itu?

Tempat kerja yang nyaman. Ya, tempat kerja nyaman akan memberikan pengalaman menulis yang mengalir seperti ide tak pernah habis. Di manakah tempat kerja yang nyaman itu ditemukan?

Semua penulis boleh ajukan tempat-tempat paling nyaman untuk menulis. Beda orang beda pilihan. Saya mungkin merasa nyaman menulis di ruang kerja yang berhias gambar-gambar disertai kata-kata penuh motivasi, namun Anda belum tentu merasa nyaman menulis di tempat itu. Boleh jadi Anda malah nyaman menulis di kafe, misalnya.

Nah, soal kenyamanan tempat kerja ini, meski berbeda tempat namun ada satu hal kesamaannya. Yakni, tempat itu harus mampu mengantar seorang penulis untuk menemukan ide seluas-luasnya. Di manakah tempat itu berada?

Anda sendiri yang tahu jawabannya. Cobalah cari sudut-sudut di rumah Anda untuk menaruh meja kerja. Duduklah senyaman mungkin, rasakan, apakah Anda mudah menemukan ide di tempat itu. Cari terus sampai Anda tiba-tiba berteriak, "Wow, ide mengalir memenuhi ruangan ini."

Selamat mencoba, semoga bermanfaat!

Minggu, 12 Juni 2016

Belajar Menulis Fiksi




Coba Anda menuliskan karakter siapa saja yang Anda jumpai di rumah, di jalan, di pasar, di sekolah, dan seterusnya. Amati orang-orang tadi dengan gambaran fisik lebih dulu, lalu coba menerjemahkan melalui bentuk tulisan. Misalnya, tinggi badan, bau badan, bentuk badan, ciri rambut, bentuk mata, bentuk dagu dan seterusnya.

Sekarang beralih pada kebiasaan yang menonjol orang-orang tersebut. Misalnya, saat batuk, tokoh ini menutup mulut dengan tangannya; saat bicara, tokoh ini seringkali mengelus-elus kumisnya; saat melihat, tokoh ini memicingkan sebelah matanya; dan seterusnya.

Atau Anda ingin menuliskan tentang orang-orang yang tersebut melalui kesukaannya pada barang yang melekat di tubuhnya. Misal, tokoh ini gemar memakai kaos warna mencolok; ada yang gemar memakai gelang sampai sebatas siku; suka melingkarkan seekor ular di leher; dan seterusnya.

O iya, satu lagi yang terlupa. Anda bisa juga mengutip filosofi atau cara pandang orang-orang tersebut ( ini kalau Anda sempat bicara panjang lebar dengan mereka tentunya ).  Anda akan peroleh pengalaman dan juga menambah ilmu.

Melalui pendekatan ini, saya jamin Anda akan keasyikan menulis. Dan manfaat dari kebiasaan tulis menulis karakter tokoh ini adalah Anda suatu saat tidak akan mengalami kesulitan lagi menulis cerpen, misalnya. Karena semua tahu bahwa salah satu komponen cerpen adalah tokoh.

Demikian sedikit tulisan pada artikel ini, semoga bermanfaat. Selamat mencoba.

Jumat, 03 Juni 2016

Tempat yang Nyaman untuk Menulis



Kalau Anda mau sukses menjadi penulis, carilah tempat yang nyaman untuk menulis! Ya, sepertinya berlebihan, namun tahukah Anda bahwa faktor tempat memang berpengaruh terhadap produktifitas penulis.

Anda boleh berkilah bahwa menulis saja kok perlu tempat khusus. Menulis dimana pun tak masalah yang penting adalah ide dan ketrampilan mengolah kata. Memang benar, namun secara kasat mata, orang akan lebih menyukai tempat yang nyaman daripada tempat yang bising ketika disuruh menulis!

Jadi, masalah tempat tidak boleh dipandang sebelah mata. Tempat yang nyaman akan membuat penulis lebih lancar mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya.

Nah berikut ada beberapa referensi bagi Anda tentang beberapa tempat yang ideal untuk menulis. Mari simak, barangkali bermanfaat.

1. Kamar Tidur
Kamar tidur adalah tempat paling favorit karena sangat privat,  tenang, dan aman dari gangguan orang lain. Anda pun bisa memilih sudut favorit dan menatanya sesuai keinginan.

2. Ruang Kerja
Anda bisa menyediakan ruang kerja khusus di salah satu sudut rumah. Kemudian menatanya sesuai keinginan dengan barang-barang yang menunjang kegiatan menulis. Menulis di ruang kerja khusus, akan membuat Anda menjadi penulis profesional. Mau mencoba?

3. Taman
Cobalah menulis di ruang terbuka yang hijau dan indah seperti di taman, misalnya. Menulis sambil menikmati keindahan taman akan memberikan suasana baru. Mungkin keindahan taman dengan bunga-bunga bisa menciptakan mood menulis yang bagus. Bahkan sangat mungkin suasana taman memunculkan ide-ide segar untuk bahan tulisan.

4. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan ruang publik yang sangat nyaman untuk aktivitas membaca dan menulis. Meski ramai, ruang pustaka tetap tenang. Di perpustakaan akan lebih mudah menemukan buku-buku referensi. Perpustakaan termasuk tempat menulis favorit banyak penulis.

Selamat memilih tempat menulis favoritmu.



Rabu, 01 Juni 2016

Cara Menulis dengan Inspirasi dari Tayangan Televisi



Cobalah menuliskan apa saja yang terlintas di benak Anda. Misalnya, saat Anda menonton telivisi yang sedang menayangkan acara kuliner. Tiba-tiba saja Anda merasa mendapat inspirasi untuk menuliskan sesosok  tokoh petualang yang senang makan masakan di berbagai daerah yang disingahinya.

Langsung tancap gas, eh, tancap bolpoin di atas kertas. Tulis apa saja yang terkait dengan diri petualang yang sedang ada dalam benak Anda. Agar menarik, tentu saja Anda harus membubuhinya dengan cerita misteri yang melingkupi daerah-daerah yang disinggahinya, misalnya.

Dan suguhkan semua pengalaman tokoh Anda ini dengan segenap penggambaran panca indera yang total saat menikmati sajian kuliner. Bagaimana tampilan masakan yang tersaji, bau aneka rempah dan kepulan nasi pulen yang baru saja matang, lembutnya daging ikan segar yang barusan diambil dari sungai, dan seterusnya.

Tak hanya berhenti di situ saja. Anda bisa melengkapi petualangan tokoh ini dengan sentuhan pelajaran yang berguna bagi pembaca saat mengalami atau menyaksikan insiden di perjalanan. Anda bisa menyisipkan kata-kata bijak ketika tokoh Anda menasihati seseorang. Atau bisa juga menunjukkan perilaku baik tokoh ini terhadap alam, misalnya.

Demikian contoh menulis yang menyenangkan dengan inspirasi dari melihat tayangan televisi. Selamat mencoba! Semoga bermanfaat.


Selasa, 31 Mei 2016

Jangan Biasakan Mengkritik Tulisan Sendiri



Secara tidak disadari, manusia adalah makhluk yang paling senang mengkritik. Coba Anda sadari, saat menonton sepakbola misalnya, Anda kerap menyalahkan pemain ini pemain itu bahkan wasit. Setelah pertandingan usai, tanpa diminta, Anda serta-merta memberi komentar.

Pemikiran kritis itu bagus untuk memberi masukan pada yang kurang. Dalam dunia kepenulisan, mengkritisi tulisan yang baru saja Anda selesaikan merupakan tindakan terburu-buru dan tidak mendidik. Hal ini akan menghambat proses pembelajaran Anda, terutama bagi penulis pemula.

Coba disadari, misalnya Anda selesai menulis satu paragraf, Anda merasa ada beberapa kata atau kalimat yang tidak enak dibaca, lalu Anda mencoret dan meremas-remas kertas, lantas membuangnya di keranjang sampah.

Anda menulis lagi, membacanya. Anda renungkan, ternyata Anda temui lagi kata atau kalimat yang kurang enak dibaca. Lalu dicoret dan dibuang lagi. Begitulah seterusnya dan seterusnya.
Walhasil, Anda pusing dan menyerah, kemudian memberi kesimpulan sendiri, ternyata menulis itu tidak mudah.

Apa masalahnya?

Rupanya Anda terlalu ingin sempurna. Padahal, kita tidak akan pernah sempurna melakukan sesuatu pada saat memulai pekerjaan. Tidak percaya?

Ingatkah Anda ketika belajar mengendarai sepeda di waktu kecil? Pasti sering jatuh bukan?
Ya, itu wajar karena Anda baru pertama kali belajar. Bandingkan dengan keadaan sekarang, Anda sudah mahir bersepeda. Nah, itu artinya Anda harus melalui tahapan demi tahapan sampai Anda menemukan cara terbaik untuk mahir bersepeda, termasuk di bidang tulis menulis.

Saat pertama kali menulis, Anda akan merasakan susah sekali menulis. Namun bila Anda sering mengulang, rutin menulis setiap hari, pasti akan mahir juga.

Bentuklah kebiasaan menulis setiap hari. Semakin sering menulis, semakin bagus hasil tulisan. Anda tidak akan mengeluh lagi. Anda akan merasakan betapa lancarnya menulis kalau menulis tanpa beban, menulis tanpa mengkritisi hasil tulisan sendiri.  Untuk sampai pada kesuksesan dalam dunia penulisan, Anda jangan berpikir sempurna dulu.

Semoga bermanfaat.

Senin, 30 Mei 2016



5 Kebiasaan Efektif untuk Penulis Fiksi

1. Mengatasi Hambatan Menulis
Hambatan menulis biasanya menyerang seseorang yang menulis tanpa konsep. Jadi biasakanlah sebelum menulis, Anda harus menyusun konsep yang terperinci tentang tulisan Anda. Tulis beberapa kalimat yang mewakili bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir dari tulisan Anda. Konsep inilah yang nantinya Anda jadikan pedoman saat menulis. Percayalah, Anda tidak akan mengalami kebuntuan menulis lagi kalau membiasakan diri menggunakan cara ini.

2. Membuat Outline atau Kerangka Tulisan
Para senior dalam dunia kepenulisan mengatakan,  cerpen sebaiknya telah selesai dalam kepala Anda sebelum Anda mulai menulisnya.
Jika Anda tidak punya tujuan menulis, Anda berpotensi kehilangan banyak waktu. Setiap saat Anda terpaksa berhenti untuk berpikir dan bertanya apa lagi yang harus saya tulis?
Maka jalan keluar terbaik adalah menyusun kerangka tulisan atau outline yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan pengakhiran.

3. Prioritaskan Menulis Dalam Jadwal Anda
Menulis bukan perkara Anda punya waktu atau tidak. Menulis adalah pilihan.
Jika menulis penting bagi Anda, maka prioritaskan menulis dalam agenda kegiatan Anda.

4. Berusaha Mengerti Keinginan (Pembaca)
Orang bijak mengatakan, Penulis yang baik berusaha memahami orang lain sebelum minta dirinya dipahami.
Memang selayaknya penulis harus mempunyai kerendahan hati. Sikap ini akan mampu membawa tulisannya diterima oleh semua kalangan pembacanya.
Caranya adalah mempelajari materi yang telah berhasil diterbitkan, misalnya cerpen yang dipublikasikan oleh koran mingguan. Luangkan waktu untuk membaca dan menganalisa cara penyajian cerpen tadi sehingga lolos untuk diterbitkan.

5. Belajar, Belajar, dan Terus Belajar
Seorang penulis juga perlu mengasah pena demi menjaga kelangsungan menulisnya. Banyak manfaat yang bisa Anda petik dari kebiasaan belajar ini, antara lain Anda akan akrab dengan ribuan kosa kata sehingga tulisan Anda akan terasa enak untuk dibaca.
Cara belajar menulis yang terbaik hanya ada satu cara yakni dengan mmpraktekkannya. Belajar menulis itu seperti belajar berenang, sebanyak apa pun teori yang Anda pelajari, tidak akan ada gunanya kalau tidak diuji coba.

Jumat, 18 Maret 2016

Cara Menjaga Mood Menulis Tetap Menyala



Mengapa ada penulis yang tidak produktif menghasilkan tulisan? Kenapa tidak konsisten menghasilkan tulisan? Beragam alasan disampaikan: “Apa yang harus ditulis?” Tak punya persediaan atau bahan untuk dirangkai menjadi sebuah tulisan. Kadang yang sering muncul adalah pernyataan, “Sedang tak ada mood menulis!”

Mood adalah suasana hati, bisa baik dan bisa buruk, tergantung banyak hal.

Menariknya adalah bahwa mood dapat dikelola. Kita bisa mengkondisikan mood baik dan mencegah terwujudnya suasana hati yang kacau. Tetapi yang sering terjadi adalah kita terlena dengan suasana hati yang buruk menimpa diri dan kita hanya pasrah jiwa raga.

Bagaimana cara menanggulangi kondisi "sedang tidak ada mood" sehingga kita bisa setiap saat menulis? Berikut ada beberapa kiat yang mungkin bisa dicoba.

1. Jangan biarkan bahan tulisan "kosong". Sepertinya bernada gurauan namun memang kenyataannya demikian. Coba kita pikir, kalau bahan tulisan selalu tersedia, maka dorongan untuk menulis tak pernah surut. Faktanya, gelas kalau terus diisi air akan melimpah ruah juga. Pikiran pun sama, kalau dipenuhi dengan gagasan atau ide, tentu akan tumpah juga; baik dalam bentuk lisan atau tulisan.

2. Bikin komitmen untuk menulis. Tegaskan pada diri sendiri harus menulis satu halaman tiap hari tentang sembarang hal, misalnya. Langkah ini tentu akan menciptakan mood menulis tetap menyala. Ini adalah strategi melawan kemalasan. Biarkan mood baik menuliskan tentang apa saja, namun seiring berjalannya waktu, kita akan mampu memilah untuk fokus pada satu tema. Kabar baiknya, kita tidak hanya berkomitmen dengan keharusan menulis satu hari satu halaman, namun kita bisa maksimalkan kuantitasnya, misalnya sampai 20 lembar. Mungkinkah? Mungkin saja, di dunia ini tidak ada hal yang mustahil kalau diri kita sudah bertekad bulat untuk melakukan hal terbaik. Percayalah!

3. Usahakan mempunyai persediaan bahan tulisan lebih dari satu judul. Hal ini untuk menyiasati agar kita tidak jenuh menggarap satu tema. Dan kiat ini bisa membuat tulisan kita semakin luas perspektifnya. Menggarap banyak tema tulisan dalam waktu yang sama akan membuat otak terus berpikir dan lubang-lubang kebuntuan mood bisa ditutupi. Otak kita akan bekerja dengan penuh semangat kegembiraan karena bisa bermain meloncat dari satu tema ke tema yang lainnya. Anda ingin mencoba? Cobalah, karena tidak butuh biaya. Tuhan memberi kelebihan pada otak manusia lebih dari yang kita kira.

Kita pasti bisa membuat cara lain agar mampu menjaga mood menulis. Tetapi, semuanya bermuara pada satu titik, yaitu niat. Kalau niat kita kuat, maka tidak ada yang namanya " tak ada mood".

Selasa, 15 Maret 2016

Bagaimana Cara Menulis yang Menyenangkan itu?



Menulis adalah pekerjaan yang menuntut konsentrasi tinggi. Jadi rasanya janggal kalau judul di atas berbunyi "Bagaimana Cara Menulis yang Menyenangkan itu?" Itulah tantangan kita. Berikut ini ada beberapa cara yang mudah-mudahan bisa membuat kita menulis dengan cara yang menyenangkan.

1. Semangat Menulis 
Mengerjakan segala sesuatu memang harus dilandasi semangat, termasuk menulis. Rasanya sebuah pekerjaan tidak akan selesai kalau tidak ada semangat. Disamping itu, sebuah tulisan akan terasa "bau" semangatnya saat dibaca. Penulis yang mendasari tulisannya dengan "semangat" akan lebih menikmati untuk menggarap karya tulisnya. Semangat adalah motor penggerak yang bikin kita antusias untuk menyelesaikan pekerjaan.

2. Menulis harus Menyenangkan 
Dalam diri setiap manusia dewasa sebenarnya ada keinginan untuk bermain seperti semasa kanak-kanak. Namun lingkungan memaksa manusia dewasa untuk tidak melakukannya. Tetangga sekitar akan geleng-geleng kepala kalau melihat manusia dewasa seru-seruan main layang-layang. Semua manusia dewasa pernah mengalami masa kanak-kanak maka pengalaman itu mustahil bisa dihilangkan begitu saja dari memori. Keriangan bermain di masa kecil dapat kita transformasikan saat kita menulis. 

Jadikan waktu menulis menjadi waktu bermain yang seru.  Kita bisa bikin aturan, misalnya tidak boleh bicara, tapi harus menulis di kertas. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan lucu sehingga menarik untuk menuliskan jawabannya di kertas.  Cobalah menciptakan permainan-permainan yang baru. 

3. Bikin Tempat Nyaman untuk Menulis
Rumahku adalah istanaku adalah kata kunci yang tepat untuk merealisasikan mimpi kita untuk menjadi penulis kreatif. Buatlah tempat kerja atau sebuah pojok istimewa untuk menulis. Lengkapi dengan kertas dan aneka alat tulis berwarna. Kita akan selalu termotivasi untuk menulis saat memasuki ruang istimewa ini. Aura kreatif akan merasuki diri kita kalau suasana tempat itu dibuat total untuk calon penulis. Kita bisa tempeli kata-kata motivasi tentang kepenulisan sehingga semangat kita tetap terjaga. Misalnya, Untuk jadi penulis hanya butuh 1% bakat dan 99% kerja keras. Menulislah sebanyak mungkin mumpung toko buku masih banyak. Dan lain-lain.  

4. Kreatif dengan Aneka Barang 
Orang kreatif selalu punya jalan keluar dan alur pikiran yang lain dari kebanyakan orang. Orang-orang kreatif punya cara tersendiri untuk mengekpresikan keinginannya. Pekerjaan menulis tidak melulu harus rapi di tempat yang sudah tersedia karena ide bisa datang kapan saja dan dimana saja. Untuk itu orang kreatif bisa memaksimalkan media apapun untuk menangkap ide yang datang, di gadget, di lembar kertas, di dinding kamar misalnya. Percikan ide ini nantinya bisa dijabarkan sepenuh hati dan konsentrasi maksimal untuk dituang di lembar kerja yang sesungguhnya.


Minggu, 14 Februari 2016

Siapa yang Berhak Menulis Buku?



Menulis buku hanya mengenal semangat untuk menyampaikan pengetahuan, pengalaman, dan perasaan

Pertanyaan di atas memberi peluang jawaban yang beragam seperti bias sinar yang dipantulkan permata. Orang yang optimis akan menjawab, semua orang berhak menulis buku. Si pesimis bergumam, tentu saja hanya orang lulusan sekolah tinggi yang punya hak. Masing-masing didukung alasan yang kelihatannya membenarkan. Mana yang benar?

Si pesimis memang ada benarnya. Untuk menulis buku yang berkualitas tentu bukan sembarang orang. Penulisnya harus bertitel ini dan itu. Harus sekolah dulu yang tinggi sehingga pantas untuk menulis buku yang sahih, buku yang jadi rujukan banyak orang. Lantas bagaimana dengan pandangan Si optimis?

Si optimis adalah gambaran manusia masa kini, Si pembela hak asasi manusia. Menurutnya, semua orang; tak peduli tua atau muda, pria atau wanita; berhak menulis buku. Memang menulis buku tidak mengenal usia dan gender. Menulis buku hanya mengenal semangat untuk menyampaikan pengetahuan, pengalaman, dan perasaan. Tapi Si optimis melupakan satu hal, apa yang jadi bahan tulisannya?

Lagi-lagi Si optimis mengajukan dalih bahwa bahan tulisan adalah hak semua manusia dengan catatan tidak melanggar hak asasi manusia. Nah, kalau begini urusannya jadi agak terang dan gamblang. Selama manusia sudah mengenal pengetahuan, pengalaman, dan perasaan; maka ia berhak untuk menulis buku. Benarkah? begitu gampangkah menulis buku? 

Anak TK dengan arahan  orangtuanya bisa lho menulis buku sederhana yang bercerita tentang mainan dan binatang piaraannya misalnya. Anak SD yang tentu sudah mengenal pengetahuan dan perasaan dapat dibiasakan untuk menulis buku harian. Anak SMP dapat dikenalkan menulis fiksi dan non fiksi berdasar kejadian sehari-hari. Anak SMA dibiasakan menulis sehingga menjadi kebutuhan. Dan akhirnya di masa belajar di perguruan, tulisan-tulisan yang dihasilkan semakin berbobot.

Mengapa sepanjang umur kita tidak berhasil menulis satu buku pun? Karena pikiran kita sudah tercipta stigma bahwa menulis buku itu melelahkan dan menguras pikiran. Betul! Tapi coba Anda melakukan pendekatan melalui cara yang saya sodorkan di atas. Anda pasti keranjingan menulis buku. Tak percaya? Cobalah!

Cara Cepat dan Tuntas Menulis Cerita Pendek

1. Mencari ide  Ide bisa datang dari mana saja, jadi bawa buku kecil kemana saja Anda pergi. Tulis semua ide yang melintas di pikiran An...