Senin, 28 November 2016

Gemar Membaca adalah Langkah Awal Menuju Dunia Menulis



"Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik"
( Hernowo ) 

Kalau Anda gemar membaca, maka dapat dipastikan di dalam hati kecil Anda, ada keinginan untuk menulis. Hasrat menulis ini bisa berwujud komentar yang Anda lontarkan saat menyelesaikan sebuah bacaan. Mungkin Anda kurang setuju dengan isi buku, mungkin setuju namun ada koreksi, atau mungkin juga Anda tercetus ide menulis buku yang merupakan pengembangan dari tema buku yang baru saja Anda baca.

Keinginan menulis memang biasanya diawali dari kegemaran membaca. Dan membaca tidak hanya sebatas membaca buku bacaan, namun Anda bisa membaca fenomena-fenomena di dunia. Tuhan menciptakan alam beserta isinya ini adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis untuk dijadikan bahan tulisan.

Semakin baik kemampuan seseorang membaca maka akan semakin peka pula kemampuannya dalam mengidentifikasi ide. Dan uniknya, setiap orang punya sudut pandang yang berbeda meski minatnya sama. Misalnya, Si A dan Si B sama-sama tertarik pada fenomena alam yang berupa air. Boleh jadi Si A akan menuliskannya dalam bentuk non fiksi, sedang Si B tergerak keinginannya untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan fiksi.

Satu hal yang pasti, Anda dikatakan mempunyai kemampuan membaca yang baik mana kala Anda merasakan munculnya berbagai pertanyaan-pertanyaan selama Anda fokus dengan bahan bacaan. Pertanyaan-pertanyaan ini timbul bukan karena penulisnya kurang bagus dalam menulis namun karena Anda rajin bertanya. Sesederhana apa pun pertanyaan, itu membuktikan Anda pembaca aktif. Dan Anda akan dihinggapi hasrat menulis untuk melengkapi suguhan informasi yang sudah ada menjadi karya tulis yang lebih utuh dan bermakna.


Surabaya, 29 Nopember 2016

Rabu, 23 November 2016

Ingin Bahagia? Tulislah Pengalaman dan Aspirasi Anda!

 Meraih Cahaya Kebahagiaan



Dalam diri setiap manusia; mulai dari anak yang belajar di bangku Taman Kanak-kanak sampai orang yang berusia lanjut usia, tentu menyimpan aspirasi dan pengalaman yang tidak boleh diabaikan. Sungguh menyiksa kalau dibiarkan mengendap di pikiran, lama kelamaan akan menguap begitu saja tanpa pernah diwujudkan.

Ada sebuah pepatah yang tidak asing di telinga kita, "pengalaman adalah guru yang terbaik," dan juga sangat mahal harganya. Karenanya jangan pernah meremehkan pengalaman seseorang meski itu aspirasi dan pengalaman anak kecil. Kenapa pengalaman diibaratkan guru yang terbaik dan termahal? Sebab melibatkan semua panca indera, waktu, tenaga, dan pikiran seseorang ketika menghadapi dan mengalami suatu kejadian.

Orang yang berbahagialah adalah orang yang berhasil menuliskan pengalaman hidup dan aspirasinya dengan cukup jelas, bukan sekedar indah.  Cukup jelas berarti mampu menguraikan maksud dan tujuan dengan sejelas-jelasnya tanpa terjebak dalam kata-kata yang puitis dan indah. Apa tidak boleh menggunakan kata puitis. Boleh, asal tidak mengurangi nilai yang sebenarnya.

Puitis adalah situasi yang subjektif. Setiap orang mempunyai ukuran masing-masing. Namun satu hal yang pasti, hanya karena ingin tulisannya indah dan puitis lantas melalaikan maksud dan tujuan utama Anda. Hemat saya, tulisan yang dijabarkan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang jelas akan mampu menerbitkan rasa puitis yang tidak kalah indahnya.

Mana yang lebih utama antara aspirasi dan pengalaman? Keduanya merupakan rangkaian proses. Bermula dari pengalaman kemudian akan muncul aspirasi. Ketika berhasil menuliskan pengalaman hidup secara terang-benderang, maka Anda akan berhasil mengidentifikasi aspirasi. Saat Anda berhasil mewujudkan aspirasi yang tumbuh kembang dari sebuah pengalaman tentu suatu kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan uang.


Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel tentang "Ingin Bahagia? Tulislah Pengalaman dan Aspirasi Anda!. Semoga berguna bagi pembaca sekalian.


Surabaya, 24 Nopember 2016

Jumat, 18 November 2016

Ingin Menjadi Penulis Produktif? Jadilah Pemalas!



Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Drs. Peter Salim, M.A. tahun 1991), malas dimasukkan dalam kelas kata adjektiva atau kata sifat. Malas berarti: tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.

Selama ini kemalasan dalam bekerja selalu dikaitkan dengan sikap negatif. Maka tidak mengherankan bila Anda membaca judul artikel ini mengerutkan dahi. Ingin menjadi penulis produktif kok malah disuruh bermalas-malasan?

Memang, pemalas sama halnya dengan sesuatu yang tidak produktif. Bagaimana jadinya bila penulis yang bidang kerjanya menuntut kreatifitas tinggi justru diperbolehkan untuk malas? Ini tentu saja bisa memicu hambatan kreatif!

Tapi tunggu dulu, penjelasannya belum lengkap. Ternyata sifat malas bisa diputarbalikkan menjadi hal positif. Tentu ini tergantung sudut pandang atau penempatan sikap. Berikut ada beberapa sikap malas yang justru berguna dan dapat mendorong kreatifitas penulis untuk menjadi produktif. Tak percaya? Mari kita sama-sama menyimaknya.

Malas Mencari-cari Alasan
Ketika akan menulis, Anda menyadari; idenya masih perlu dibenahi, sementara bahan-bahan rujukan belum ada. Kendala ini membuat Anda memaklumkan diri untuk mencari-cari alasan, seakan-akan dengan begini bisa menjadi jalan keluar. Padahal mencari-cari alasan tidak akan menyelesaikan masalah. Bersikaplah bijaksana untuk malas mencari-cari alasan. Sebaliknya, rajinlah mencari solusi dalam setiap masalah.

Malas Mengeluh
Menghadapi karya tulis yang belum tuntas, mungkin karena bahan rujukan belum lengkap, sarana kurang memadai, ide tidak memuaskan, dan kurangnya kemauan untuk meneruskan tulisan; memang merupakan faktor-faktor yang membuat setiap penulis pasti mudah mengeluh. Dan kabar buruknya, mengeluh dapat menambah beban pikiran sekaligus mengacaukan konsentrasi.
Jadi lebih baik bersikaplah malas untuk berkeluh-kesah, daripada mengeluh lebih baik mengerjakan tulisan secara periodik namun sistematis. Misalnya, menulis 1 artikel pendek per hari. Kalau dilakukan dengan konsisten, maka dalam hitungan minggu, sudah ada 7 artikel yang dapat dimuat dalam 1 bab.

Malas Membuang Waktu
Menonton tv, mendengarkan musik, mengakses media sosial, dan membolak-balik buku atau majalah hingga berjam-jam di sela-sela tugas menulis memang menyenangkan dan (katanya) bisa memancing inspirasi. Namun pernahkah menghitung berapa banyak waktu yang terbuang?
Mulai sekarang, bulatkan tekad untuk bersikap malas saat melakukan hal-hal yang berpotensi membuang-buang waktu. Daripada melakukan aktivitas yang tidak berguna selama menulis, lebih baik cobalah terus menulis. Pikiran Anda akan mencari asosiasi-asosiasi di antara kalimat-kalimat yang sembarang Anda tulis, sehingga akan memantik timbulnya ide-ide baru.

Demikian uraian saya tentang bagaimana memposisikan kemalasan pada tempat yang tepat sehingga dapat dijadikan sumber energi potensial untuk terus berkarya. Semoga bermanfaat.


Surabaya, 19 Nopember 2016

Senin, 14 November 2016

Menjadi Penulis Produktif Karena Menulis Setiap Hari



“Bagi saya tidak penting disebut penulis, pengarang atau sastrawan, yang penting terus berkarya. Lalu dengan rendah hati terus belajar menulis.” 
( Helvy Tiana Rosa )


"APALAH arti sebuah nama," begitu kata dramawan kondang asal Negeri Inggris, William Shakespeare. Dalam kaitannya dengan dunia kepenulisan, ada benang merah yang menghubungkannya. "Apalah arti sebutan; mau disebut penulis, pengarang atau sastrawan ( itu kan sebutan masyarakat ) yang penting terus berkarya," begitu kata Helvy Tiana Rosa.

Panggilan, sebutan, atau gelar tak ubahnya atom yang bermuatan positif dan negatif. Jika dipergunakan dengan bijaksana maka bisa menjadi motivasi untuk melakukan sesuatu lebih baik lagi. Namun bila salah menyikapinya, bisa menjadi beban yang justru membuat diri kita tak percaya diri.

"Yang penting terus berkarya." Kata ini sangat singkat, tapi bila diaplikasikan dalam kehidupan penulis, maka tak ayal akan menumbuhkan produktivitas yang luar biasa. Kalau orang-orang yang ingin menjadi penulis mau introspeksi, sebenarnya sudah terang benderang hukumnya. Bahwa kewajiban penulis, tentu saja, ya menulis! Ya, teruslah menulis jangan mempermasalahkan orang-orang mau memanggil Anda apa.

Setelah kita bertekad bulat untuk terus menulis setiap hari, lalu dengan rendah hati terus belajar menulis. Apa yang bisa dipelajari dari menulis? Toh kita sudah bisa menulis? Kita semua tentu sadar, semua bidang ada ilmunya. Kita belajar tentu mempunyai maksud dan tujuan. Bermula dari pengalaman menulis setiap hari, Anda bisa belajar tentang kedisiplinan penulis, kiat mengolah kata, mempelajari kata-kata baru, menemukan cara efektif untuk menulis, membuka paragraf yang bikin pembaca tertarik, cara menutup karya tulis dengan sangat mengesankan, dan seterusnya.

Semua hal di atas hanya bisa Anda peroleh setelah mempelajari cara menulis yang baik melalui praktek langsung menulis setiap hari. "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian," demikian ujar peribahasa. Penulis yang berkorban waktu, pikiran, dan tenaga untuk menulis setiap hari akan menjadi penulis yang tahan banting dan produktif.


Surabaya, 15 Nopember 2016

Sabtu, 12 November 2016

Cara Mendapatkan Ide Secara Mudah



“Menulis merangsang pemikiran, 
jadi saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk di tulis, 
tetaplah mencoba untuk menulis”

( Barbara )



MEMANG aneh namun nyata! Apa yang dikatakan Barbara di atas memang ada benarnya. Saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu pun untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk terus menulis. Perlahan namun pasti inspirasi akan mendatangi Anda.

Adalah novelis Ernest Hemingway yang sudah pernah membuktikannya. Beliau punya kebiasaan menuliskan suasana tempat kerjanya sebelum menuliskan karya yang sesungguhnya. Dari kebiasaan inilah lahir karya-karya monumental seperti The Old Man and The Sea, yang mengantarkan beliau mendapatkan penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1954.

Melihat fenomena di atas, kita boleh mengibaratkan menulis seperti halnya berolahraga. Semua orang pasti menyadari betapa pentingnya pemanasan sebelum melakukan aktivitas olahraga. Tujuannya tentu untuk mencegah cedera otot yang tidak diinginkan. Pemanasan hanyalah berupa gerakan-gerakan ringan namun terbukti ampuh dampaknya.

Menulis juga butuh pemanasan. Tujuannya tak lain supaya pikiran nyaman. Berlatih menuliskan hal-hal ringan seperti menggambarkan suasana tempat kerja dan sebagainya; juga akan melenturkan  pikiran dalam mengolah kata-kata. Perasaan yang nyaman akan membuat pikiran dalam kondisi siap dan fokus untuk menuliskan target tulisan.

Dan ada kabar menggembirakan bagi Anda yang ingin melakukan kebiasaan Ernest Hemingway di atas. Pada saat Anda menuliskan hal-hal ringan yang sepertinya tidak berarti itu dengan cara mengalir begitu saja tanpa tuntutan harus benar susunan katanya, tanda bacanya, dan seterusnya; justru Anda akan menemukan ide. Ketika Anda merasa dihinggapi ide, segeralah tulis segala hal yang memenuhi pikiran sampai habis tak tersisa.

Langkah selanjutnya Anda hanya perlu istirahat. Esok hari bukalah kembali lembar tulisan tersebut. Sunting beberapa bagian yang perlu dibenahi. Tambahkan beberapa hal yang diperlukan. Kalau merasa tidak puas, Anda boleh istirahat dan mengeditnya esok hari lagi pada saat pikiran sudah segar kembali. Satu hal yang pasti, Anda sudah bisa membuktikan mampu menemukan ide melalui kebiasaan menuliskan hal-hal ringan yang tidak menuntut banyak pikiran.



Surabaya, 12 Nopember 2016







Kamis, 10 November 2016

Cara Menjadi Penulis yang Dikejar-kejar Inspirasi

 Penulis yang Sukses Dikejar Inspirasi


“Di mana pun saya menemukan tempat untuk duduk dan menulis, 
di situlah rumah saya.” 

( Mary TallMountain )


Penghargaan yang membahagiakan dalam menjalani kehidupan ini adalah ketika Anda bangun pagi dan merasakan keinginan yang sangat kuat untuk melakukan sesuatu yang menurut Anda harus dikerjakan. Kalau satu hari tidak melakukannya, Anda kehilangan semangat, terasa ada yang kurang.

Kegiatan menulis pun demikian. Jika menulis sudah menjadi kebiasaan harian, maka setiap mengawali hari, seperti ada dorongan yang mendesak Anda untuk menulis. Hasrat untuk menulis begitu kuatnya sehingga Anda merasa seperti mempunyai sumur ide yang tak habis-habisnya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan setiap hari.

Lebih-lebih jika Anda mempunyai alasan kuat untuk menulis, misalnya ingin berbagi kebaikan kepada orang lain lewat tulisan. Inspirasi seperti mengerubungi Anda, saling berebut menuntut untuk segera dieksekusi lebih dulu menjadi sebuah tulisan yang bermakna. Anda tentu senang dengan fenomena ini, tidak seperti penulis pada umumnya yang justru bingung mencari inspirasi.

Mengapa bisa demikian? Tentu karena awalnya Anda memaksa diri atau bermurah hati menyediakan waktu untuk menulis setiap hari. Mary TallMountain bahkan bilang, “Di mana pun saya menemukan tempat untuk duduk dan menulis, di situlah rumah saya.”  Penghargaan yang besar terhadap minat menulis sudah barang tentu akan melahirkan semangat kerja di atas rata-rata.

Maka pantas saja bila penulis yang mendedikasikan dirinya untuk menulis setiap hari akan menerima imbalannya. Rasa puas karena telah berhasil mewujudkan ide menjadi kenyataan berupa karya tulis yang bermanfaat bagi orang lain adalah imbalan paling utama yang layak diterimanya. Kepuasan ini tentu berdampak positif bagi seseorang untuk menjalani kehidupannya lebih bersemangat lagi.

Imbalan selanjutnya adalah diberi kemudahan merangkai kata-kata menjadi kalimat, menulis kalimat demi kalimat menyusun paragraf, dan mengembangkan paragraf demi paragraf untuk membentuk artikel yang utuh siap dinikmati. Keahlian ini terbentuk tanpa disadari namun bisa dirasakan. Secara teknis, kebiasaan menulis setiap hari akan melatih kecakapan berpikir dan mengorganisasi ide-ide menjadi sebentuk tulisan yang utuh.

Jika Anda ingin menjadi penulis yang dikejar-kejar oleh ide, maka tak ada salahnya mulai sekarang meneguhkan diri untuk menulis setiap hari. Menulis dalam genre apapun yang Anda sukai, boleh berbentuk; cerpen, puisi, pantun, artikel, dan lain-lain. Dan yang paling penting, tulislah tema yang positif; tentang topik-topik yang dirasa akan membawa pengaruh kebaikan bagi manusia. Percayalah, Anda tidak akan bekerja sendirian karena Tuhan akan menyediakan inspirasi yang tak terhingga jumlahnya untuk Anda!

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel mengenai "Cara Menjadi Penulis yang Dikejar-kejar Inspirasi" ini. Semoga memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.


Surabaya, 11 Nopember 2016

Rabu, 09 November 2016

Cara Menulis yang Menyenangkan



“Tulisan itu rekam jejak. 
Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. 
Tulislah hal-hal yang berarti,  yang tak akan pernah kau sesali kemudian.” 
( Helvy Tiana Rosa )


Tahukah Anda bahwa karya tulis merupakan gambaran rekam jejak pengalaman dan pengetahuan seorang penulis. Pembaca akan mengetahui kejujuran penulisnya ketika membaca sebuah buku. Dibilang penulis jujur kalau bukunya memberi nilai positif bagi pembacanya. Buku yang dilempar pembacanya begitu saja meski belum menuntaskannya tentu hasil karya penulis yang tak jujur karena tidak menguasai topik.

Penulis yang tidak menguasai topik biasanya memaksa menulis sebuah tema yang tidak sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya. Padahal inilah kunci supaya bisa menulis dengan cara menyenangkan. Ya, betapa menyenangkan kalau Anda bekerja sesuai dengan kemampuan. Begitu halnya dengan menulis. Penulis akan mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk mewujudkan tema yang digarapnya dengan senang hati.

Penulis yang menulis dengan senang hati tentu akan menghasilkan karya tulis yang terasa renyah untuk dinikmati. Pembaca akan sangat berterima kasih kepada penulis yang telah berbagi pengalaman dan pengetahuannya sehingga tidak sia-sia mengeluarkan uang untuk membeli buku. Kesimpulannya, kejujuran akan membuat senang semua pihak; penulis dan pembacanya.

Menulis dengan jujur adalah cara paling menyenangkan untuk memulai proyek menulis. Karena Anda bisa mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman yang Anda miliki. Kejujuran memang mengasyikkan. Anda bisa menulis semaksimal mungkin tanpa harus membohongi pembaca dengan berpura-pura tahu segala hal. 

Coba tentukan satu tema yang Anda kuasai sesuai pengalaman dan pengetahuan. Ketika menuliskannya, Anda akan merasa sangat puas. Ya, puas karena telah menuliskan sesuatu sesuai kemampuan dengan senikmat mungkin. Dan puas karena telah berbagi hal-hal positif kepada orang lain, dalam hal ini, dengan pembaca.


Surabaya, 09 Nopember 2016


Senin, 07 November 2016

Terus Menulis Hingga Tercapai Tujuan



Jangan menyerah dalam menulis. 
"Ini adalah masalah stamina, jadi jangan putus asa jika Anda menemui gang buntu 
dan harus memulai dari awal, atau jika Anda menerima surat penolakan lagi. 
Semua penulis sukses pernah menjalani itu, namun mereka terus menulis 
dan tidak menyerah hingga tercapai tujuan mereka." 
( Tim Maleeny )


Apa pun profesi yang Anda sandang, jika ingin berhasil maka sepatah kata yang perlu Anda ingat adalah "Pantang Menyerah". Tak terkecuali pada bidang tulis-menulis. Jangan menyerah dalam menulis. Begitu Anda lelah, putus asa, dan menyerah: kesuksesan akan lari dari kehidupan Anda.

"Ini adalah masalah stamina," kata seorang bijaksana. Benar, stamina memang tidak hanya merujuk soal fisik saja namun juga sisi psikis. Untuk bisa mencapai stamina batin yang tangguh menghadapi berbagai kendala tentu dibutuhkan latihan. 

Lakukan kebiasaan positif meski sederhana ini, cobalah menulis 3 halaman setiap hari tentang aktifitas kehidupan orang-orang di sekitar Anda. Tulis dengan cara memaparkannya melalui penggambaran panca indera sehingga pembaca seolah melihat, mendengar, membaui, dan merasakan pengalaman yang Anda suguhkan. 

Jadi jangan putus asa jika Anda menemui gang buntu. Masih banyak jalan lain yang terbuka selama Anda tidak pasrah untuk menyerah pada keadaan. Mungkin suatu saat Anda ingin menulis suatu tema, namun di tengah jalan menemui hambatan teknis sehingga enggan menuntaskannya. 

Seharusnya Anda menyadari sejak awal bahwa bidang menulis akan mengajarkan ketekunan, ketelitian, dan pemusatan perhatian. Hambatan teknis biasanya terjadi karena kita tidak membuat detil yang lengkap tentang sebuah tema. Proses menulis akan lancar semulus meluncur di jalan tol kalau Anda mempersiapkan sebuah tema dengan data yang akurat, komprehensif, dan lengkap. 

Jika karya tulis ditolak oleh penerbit lagi, itu bukan tanda akhir perjalanan kreatif kepenulisan Anda. Semua penulis sukses pernah mengalami itu, namun mereka terus menulis dan tidak menyerah hingga tujuan tercapai. Bagaimana dengan Anda?


Surabaya, 06 Nopember 2016

Sabtu, 05 November 2016

Cara Mengembangkan Potensi Diri dengan Menulis


Kadang, kita enggan menulis karena takut melakukan kesalahan. 
"Indahnya menulis adalah Anda tidak harus melakukannya dengan benar saat pertama kali, 
tidak seperti bedah otak, misalnya." 
( Robert Cormier )


Ketakutan adalah hal wajar, ini artinya Anda adalah manusia biasa. Rasa takut kalau dikaitkan dengan pekerjaan biasanya menghinggapi ketika kita berharap hasil yang sempurna. Namun alih-alih bekerja dengan optimal, kita malah tidak mengerjakan apa pun karena menganggap apa yang kita kerjakan serba salah.

Tak terkecuali bidang menulis. Kadang, kita enggan menulis karena takut hasilnya tidak bagus. Padahal dengan menulis justru kita bisa mengeksplorasi kemampuan kita menjadi demikian nyata. Kita akan mengetahui potensi diri yang perlu aktualisasi. Rasa takut ketika menulis hanya akan membenamkan potensi diri sendiri. 

Dan kabar baiknya, latihan-latihan menulis akan membuat kita mampu mengesampingkan rasa takut. Bagus dan jelek hasil karya menulis hanyalah soal penilaian yang subjektif dan tidak perlu jadi acuan. Tulis saja hal-hal positif yang Anda ketahui. Kebiasaan ini akan membuat pribadi Anda semakin tangguh karena telah berbagi kebaikan dengan orang lain.

Latihan-latihan menulis juga akan membuat perbendaharaan kosa kata yang Anda ketahui semakin banyak. Karya tulis yang  memadu-padankan kata-kata variatif tentu mempunyai nilai plus dibanding karya tulis yang kosa katanya monoton. Dan prestasi ini hanya bisa diperoleh kalau Anda membiasakan diri tekun menulis setiap hari.

Indahnya menulis adalah Anda tidak harus melakukannya dengan benar saat pertama kali. Sejenius apapun penulis, rasanya mustahil mampu menghasilkan tulisan yang bagus dalam sekali kerja. Tugas kepenulisan adalah kerja yang memerlukan ketepatan memilih tema, kecemerlangan menterjemahkan tema dalam tulisan, dan kesabaran mengoreksi kekurangan-kekurangan pada tulisan yang selesai Anda kerjakan. 


Surabaya, 05 Nopember 2016

Selasa, 01 November 2016

Cara Sederhana Mendapatkan Ide Setiap Hari



Carilah inspirasi dari buku. 
"Baca, baca, baca. Baca semuanya.
 Baca! Anda akan menyerapnya. 
Kemudian tulis. 
Jika bagus, Anda akan mengetahuinya.

( William Faulkner )


Semua pekerjaan tentu butuh modal. Modal dasar untuk bisa menulis adalah kemauan, setelah itu Anda butuh ide. Kabar baiknya ternyata mencari ide itu sangat mudah. Carilah ide alias inspirasi dari buku. 

Caranya sangat sederhana, Anda hanya wajib "Baca, baca, baca." Baca semuanya; buku bertema klasik, pop, sastra, hiburan, tutorial, dan masih banyak yang lainnya. Lihat bagaimana buku-buku tersebut menawarkan ide-ide yang tak pernah habis.

Baca! Anda akan menyerapnya. Memang kenyataannya begitu, semakin Anda terbiasa membaca, Anda akan peka terhadap ide. Anda akan mudah dan piawai memilah dan memilih ide yang berserakan di lembar-lembar buku yang sedang dibaca.

Kemudian tulis ide yang baru saja Anda dapatkan. Tulis semua hal yang berkaitan dengan ide tersebut yang terlintas di pikiran tanpa menyuntingnya. Setelah Anda merasa sudah tertuang semua dalam tulisan, anda boleh mengistirahatkan jiwa dan raga.

Esok hari, lihat kembali tulisan tersebut. Sekarang pikiran Anda sudah cukup jernih untuk menyunting kata, kalimat, dan paragraf. Anda pasti heran saat membaca kembali tulisan tersebut, betapa banyak yang perlu dibenahi. Setelah diperbaiki sana-sini, Anda akan merasa begitu mudahnya menulis. 


Surabaya, 02 Nopember 2016

Cara Cepat dan Tuntas Menulis Cerita Pendek

1. Mencari ide  Ide bisa datang dari mana saja, jadi bawa buku kecil kemana saja Anda pergi. Tulis semua ide yang melintas di pikiran An...